I. WONG URIP NGERTI URIPE.......II. WONG URIP ISO MATI SAKJRONING URIP.......III. WONG URIP ISO MBALIK NANG SING GAWE URIP

Minggu, 28 November 2010

BUKU 0: Siapa Dirimu? ADAM didalam ADAM

DIDEDIKASIKAN
untuk generasi muda bangsa
agar mereka mengenal dirinya
& mengerti tujuan hidupnya
____________________________


JUDUL BUKU:

Siapa dirimu?
ADAM didalam ADAM



Pengantar
_________

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

Terimakasih anda telah menyempatkan membaca buku yang sangat sederhana ini, tapi percayalah di balik kesederhanaannya insya Allah buku ini sangat bermanfaat karena menjadi dasar pemahaman kita baik sebagai manusia maupun sebagai diri kita, sehingga kita sanggup menjawab pertanyaan di bawah ini:
Siapakah dirimu ?
Pertanyaan ini sangat mendasar, pertanyaan yang sangat hakiki, pertanyaan sederhana yang semestinya dapat di jawab dengan spontan dan benar.
Pertanyaan yang semestinya tidak membuat bingung yang ditanya.
Tapi kenyataannya tidaklah demikian, pertanyaan ini sering membuat yang ditanya terhenyak.
Pertanyaan yang mengejutkan, yang jawabannya sama sekali be lum terpikirkan.

Sangat ironis memang, sedemikian melalaikannya kehidupan didunia ini, sampai-sampai manusia dibuat lupa dengan dirinya.
Bagaimana kita dapat kembali padaNya, kalau kita tidak paham diri kita sendiri, diri kita yang sebenar nya.
Bukankah ada kata-kata bijak :
” Kenali dan pahami dirimu, maka kau akan dapat mengenali dan memahami Tuhanmu ”
Sebagai dasar pemahaman tentang diri kita yang sebenarnya, saya rasa sangatlah tepat kalau kita menyimak untuk memahami kisah Adam dan istrinya, dari surga sampai ke bumi.

Selamat membaca, semoga Allah berkenan memberikan syafaat dari sisiNya bagi kita semua.


Surabaya, Juni 2010
Wassalam;


iskandar zulkarnain
________________
adiluhung_nusantara@yahoo.com
adiluhung.nusantara@gmail.com
FACEBOOK: adiluhung nusantara

_____________________________

Pengantar
DAFTAR ISI :

I. PROLOG

II.Nyata, Irasional & Gaib
II.1. NYATA
II.2. IRASIONAL
II.3. GAIB

III. PENGERTIAN AKHIRAT

IV. ADAM DI SURGA

V. ADAM SEBELUM TURUN KE BUMI

VI. ADAM DI BUMI
_________________________________



I. PROLOG
_________

Memang ironis, tapi itulah kenyataan yang terjadi.Kehidupan dunia betul-betul melalaikan, manusia
’dibuat tidak sempat’ memikirkan, menelaah dan memahami diri mereka yang sebenarnya, diri-sejati atau diri-pribadi mereka.
Memahami diri-sejati sangatlah penting, karena diri-sejatilah yang nantinya diijinkan masuk surga atau ’terbuang’ di neraka.
Diri-sejati pulalah yang mendapatkan cahaya dari amal-saleh yang kita kerjakan, atau terjebak dalam kegelapan karena dosa-dosa kita.

Diri-sejati kita ’bukan’ jiwa kita.

Apabila kematian tiba, nyawa kita kembali kepadaNya maka jantung berhenti berdetak dan tubuh mati, pada saat itu juga kita menjadi diri-sejati, alam kita juga berganti dengan alam akhirat, kita memulai ke hidupan yang sebenarnya, hidup dalam ’keabadian’, abadi dalam suka-cita atau abadi dalam duka-cita.
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Diri-sejati adalah ’Akhirat’ kita, jadi kita harus memahaminya untuk kemudian memberdayakannya agar mendapatkan cahaya, yang dengan cahaya itulah kita dapat ber jalan di ‘Akhirat’ yang gelap-gulita.

ADAM DAN HAWA
Sedari kecil kita mendengar cerita tentang Adam dan Hawa, sepasang mahluk ciptaan Allah yang hi dup di surga, suatu tempat yang indah, damai dan penuh nikmat
Tapi bujukan setan telah menggelincirkan mereka dalam dosa karena melanggar larangan Allah, sehing ga mereka berdua harus keluar dari surga dan turun ke bumi.
Yang perlu dicermati adalah bahwa cerita Adam dan Hawa ini tertulis dalam Al Qur’an, sehingga secara prinsip kebenarannya adalah mutlak dan harus dipercaya.

Banyak yang berpendapat bahwa Adam yang di surga ’turun begitu saja’ ke bumi menjadi manusia.
Pendapat ini tidak tepat dan cenderung ’mencari gampangnya’, karena akan banyak hal penting yang hilang.
Sebagai Bani Adam dan umat Islam, kita dituntut untuk memahami dan menemukan sesuatu dibalik cerita itu, sesuatu yang sangat penting bagi pengungkapan diri kita yang sebenarnya, diri-sejati kita.
Bagaimana kita dapat mengarungi kehidupan ini kalau kita tidak paham akan diri kita sendiri ?

Jadi sangatlah tidak bijak kita banyak mempelajari ilmu dan hal-hal lain, tapi kita justru lupa untuk mem pelajari dan memahami asal usul manusia, asal usul diri kita sendiri, bahkan cenderung mengabaikannya, menganggap penjabaran tentang Adam dan Hawa yang tertulis di Al Qur’an hanya sebagai dongeng belaka.

Marilah kita simak beberapa ayat Al Qur’an, bagaimana Allah SWT telah mengingatkan kita melalui firmanNya yang al.:
” Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab, tidakkahkamu berpikir ?”
( 2: 44 ).
” Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Al lah, lalu Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri.Mereka itulah orang-orang yang fasik” (59: 19)
” Sesungguhnya Allah tidak zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusialah yang zalim ke pada diri mereka sendiri ” (10: 44).( sampai-sampai manusia melupakan diri mereka sendiri, dan membiarkannya tak berdaya dan terjebak dalam kegelapan ).



II. Nyata, Irasional & Gaib
_____________________

Sebelum kita lanjutkan, sebaiknya kita menyamakan presepsi terlebih dahulu, hal ini penting untuk meng hindari kerancuan pemahaman terhadap hal-hal yang terkait dengan pembahasan kita selanjutnya.
Saya kurang setuju dengan pendapat yang menyatakan/memandang /menyikapi/membagi alam semes ta ini hanya dalam 2 bagian/kelompok/alam/dimensi, yaitu: nyata dan gaib.
Gaib disini dinyatakan mencakup semua yang tidak nyata, semua yang tidak dapat dilihat/ didengar/ disentuh/ dibaui/ dirasakan oleh indera yang dipunyai tubuh/raga
Menurut saya pengertian ini terlalu berlebihan dan merancukan/mengaburkan makna dari gaib itu sen diri, serta kontra produktip untuk mencari jalan lurus kembali kepada Allah.

Mari kiita simak firman Allah yang termuat di:
Al Baqarah ayat 1 s/d 5
1. Alif laam miim
2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat ( hari kemudian ).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.

Dari ayat-ayat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mereka yang bertaqwa adalah mereka yang:
- Beriman kepada yang gaib.
- Beriman kepada Kitab-kitabNya.
- Yakin akan adanya Akhirat.
- Mendirikan shalat.
- Menunaikan zakat.
Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung.

Dalam susunan kalimat firman tersebut diatas jelas dibedakan antara gaib dengan Akhirat.
Dari hasil kajian memang berbeda, Akhirat bukan gaib tapi irasional, Akhirat jelas ada tapi tidak nyata karena tidak dapat dilihat dan disentuh oleh tubuh manusia.
Gaib tidak boleh dikaji, karena itu mutlak wewenang Allah.
Demi keyakinan dan ketaqwaan serta senantiasa berpedoman pada Al Qur’an yang irasional boleh dikaji.
Bukankah tujuan hidup kita adalah Akhirat ? Bagaimana kita bisa selamat di Akhirat kalau kita tidak
mengerti apa dan bagaimana Akhirat itu.


II.1. NYATA :
___________

Kita semua telah paham bahwa yang dikatakan nyata adalah segala sesuatu yang dapat dideteksi oleh indera yang dimiliki oleh tubuh/raga manusia, sederhananya segala sesuatu yang dapat dilihat, diraba, didengar, dibaui dan dirasakan oleh tubuh/raga manusia.
Contohnya :
Tubuh/raga manusia, tanah, batu, air, tumbuh-tumbuhan, hewan, awan, bulan, bintang, matahari dllnya.


II.2. IRASIONAL :
_______________

Ada tapi tidak nyata.
Sesuatu yang diyakini ada tapi tidak nyata, tidak dapat dideteksi oleh indera yang dimiliki tubuh/raga manusia.
Sebagai umat Islam kita diwajibkan untuk mengimani dan meyakini adanya: Malaikat dan Akhirat ( Hari Kemudian ), dua hal ini termasuk dalam rukun Iman.
Dua hal ini adalah irasional: ada ( di yakini ada ) tapi tidak nyata.

Informasi yang akurat mengenai segala sesuatu yang irasional lainnya dapat kita temui didalam
Al Qur’an, antara lain :
Surga, Sidratul-Muntaha, Baitul Makmur, Al A’raf, Kampung Akhirat, neraka, iblis, setan, jin, qolbu,
ruh (ruhuu), jiwa, diri (anfusakum), dllnya.
Ini semua wajib diyakini ada dan kebenarannya karena tertulis di Al Qur’an.

Nyata dan irasional juga dikenal sebagai bilangan dalam Matematika :
(-1) adalah bilangan nyata.
AKAR(-1) adalah bilangan irasional :
ada hasilnya tapi tak dapat dihitung, ada tapi tidak nyata.

Demi keyakinan dan ketaqwaan serta senantiasa berpedoman pada Al Qur’an, semua yang irasional boleh dikaji.


II.3. GAIB :
_________

Segala sesuatu yang menjadi wewenang Allah SWT, tidak terjang kau oleh indera dan akal manusia.
Qada dan Qadar (ketentuan dan kuasa Allah) adalah gaib, termasuk didalamnya: apa yang akan terjadi terhadap kita detik, menit dan jam yang akan datang, apalagi esok hari.
Manusia boleh berencana, tapi Allahlah yang menentukan.
Oleh sebab itu kita dianjurkan mengatakan ”insya Allah” untuk hal-hal yang akan kita lakukan.
Juga kapan terjadinya kiamat termasuk gaib, dan hal-hal lainnya.
Karena mutlak menjadi kewenangan Allah, segala hal gaib tidak boleh dikaji apalagi mencoba
mengungkapkannya.
Oleh karena itu meramal nasib seseorang dan segala hal yang berkaitan merupakan tindakan yang keterlaluan.


III. PENGERTIAN AKHIRAT
______________________

Disini akan kita ulas secara ringkas pengertian dasar tentang Akhirat.
Karena hal ini sangat diperlukan untuk mengungkap jati diri manusia.
( Untuk melengkapi pengertian tentang Akhirat, ada baiknya dibaca juga buku : Jangan menunggu kiamat di ’alam-kubur’ )

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, tapi sebaiknya diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung pada salah dalam memahami Akhirat.
Padahal pemahaman hal ini sangat penting, karena Akhirat adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).

” Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguh nya Akhirat itulah negeri yang kekal ” (40: 39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat adalah Hari-Kemudian
Artinya:
Hari setelah kehidupanMU di dunia berakhir.

BUKAN :
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat.
Padahal tidak demikian, karena:
Akhirat sudah ada sekarang ini.
( Baca: Jangan menunggu kiamat di ’alam-kubur’ )

Perbedaan dunia dan akhirat hanya terletak pada dimensinya, tempatnya sama......ya disini ini.
” Pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit, dan mereka menghadap Allah YME lagi Maha Perkasa....” (14: 48)

Yang nyata alamnya dunia, yang irasional alamnya akhirat.
Didunia kita dibatasi ruang dan waktu, sedangkan di Akhirat ruang dan waktu relatip.
(Baca: Di Hari Kemudian, Waktu dan Ruang relatip )

Kehidupan di dunia : sementara
Kehidupan di akhirat : ”abadi”.

Perbedaannya lagi adalah tolok ukurnya :
Didunia tolok ukurnya tidak jelas, orang kafirpun bisa sangat berdaya dan berkuasa.
Diakhirat tolok ukurnya jelas yaitu ketaqwaan, siapa yang bertaqwa pasti berdaya dan bahagia.
Yang tidak bertaqwa pasti tidak berdaya bahkan tersiksa.

Ulasan singkat tentang dunia dan akhirat ini semoga dapat memudahkan pemahaman kajian selanjutnya.



IV. ADAM DI SURGA
_________________

Dengan seijin Allah Adam dan istrinya tinggal di Surga.
Dan Kami berfirman: ” Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana dan kapan saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (2: 35 ; 7: 19)

Di Surga terdapat banyak makanan yang baik-baik, dari yang banyak itu hanya ’ satu ’ yang dilarang untuk didekati, tapi ternyata yang ’ satu ’ ini mampu menggelincirkan Adam dan istrinya, sehingga mereka menjadi orang-orang yang zalim.
Lalu keduanya digelincirkan oleh setan, karenanya maka keduanya dikeluarkan dari keadaan mereka semula dan Kami berfirman, “ Turunlah kamu ! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman sementara di bumi, dan kesenangan hidup sementara sampai waktu yang ditentukan ”.(2: 36) (7: 24)
Maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya.Maka tatkala keduanya telah merasakan buah pohon itu, nampaklah bagi kedua nya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Dan Tuhan mereka menyeru mereka berdua : ’"Bukankah Aku telah melarang kamu berdua melampaui pohon itu dan Aku katakan pada kamu berdua". Sesungguhnya setan itu bagi kamu
berdua adalah musuh yang nyata. (7: 22)

Karena ketidak patuhan mereka kepada Allah, maka mereka menjadi zalim dan itu ditandai dengan tanggalnya ‘pakaian-taqwa’ mereka, karena malu mereka menutupi aurat-aurat mereka dengan daun surga.
Karena surga bukan diperuntukan bagi mereka yang zalim, tapi hanya diperuntukan bagi mereka yang patuh kepada Allah, maka Adam dan istrinya harus turun ke bumi.
Allah telah menyediakan tempat tinggal sementara di bumi, sampai batas waktu yang ditentukan.

Dari Surga turun ke Bumi.
Ini dapat disimpulkan bahwa letak Surga lebih tinggi tempat dan kedudukannya dibanding dengan Bumi.
Dimana Surga itu ?

Mari kita simak ayat berikut ini:
” dalam Surga yang tinggi ” (69:22)
”.., sekali kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak masuk Surga,..” (7:40)

Ketidakpatuhan mereka pada Allah membuahkan penyesalan, Adam dan istrinya memohon ampunan.
Keduanya berkata: ” Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi ”(7: 23)

Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang pastilah mengampuni hambanya yang memohon ampun dengan sungguh-sungguh.

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(2:37)
Kemudian Allah memilihnya (Adam), maka Dia menerima taubat nya dan memberinya petunjuk. (20:122)

Meskipun Allah telah menerima taubat Adam dan istrinya, tapi ketaqwaan mereka telah tanggal dan
mereka tidak layak lagi tinggal di Surga, untuk itu mereka tetap harus turun kebumi.

KAJIAN
Adam di Surga
_____________

Dan Kami berfirman: ” Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana dan kapan saja yang kamu sukai......” (2:35)
Fiirman ini menjelaskan:
> Surga itu ada.
> Di Surga tersedia makanan-makanan yang banyak lagi baik dan langsung dapat dimakan ( boleh jadi itu adalah buah-buahan atau yang lain).
> Adam + istrinya tinggal di Surga, mereka dapat menyentuh dan makan makanan yang ada di surga.

BERARTI :
Adam dan istrinya mahluk surga.
Adam dan istrinya satu dimensi/satu alam dengan surga.

Maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya.Maka tatkala keduanya telah merasakan buah
pohon itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga, dan Tuhan mereka menyeru mereka berdua: ’ Bukankah aku telah melarang kamu berdua melampaui pohon itu dan Aku katakan pada kamu berdua’: Sesungguhnya setan itu bagi kamu berdua adalah musuh yang nyata.(7:22)
Fiirman ini menjelaskan:
> Di Surga juga ada setan, setanlah yang menyebabkan Adam dan istrinya menjadi zalim.
> Adam dan istrinya juga punya aurat, berarti punya wujud.
> Setan adalah musuh yang nyata bagi Adam dan istrinya.

KESIMPULAN:

Kesimpulan ini dibuat dengan tolok-ukur/pandangan kita sebagai manusia dengan menggunakan indera yang dipunyai oleh raga/tubuh.
Artinya yang dapat dideteksi oleh indera raga/tubuh adalah NYATA.
Sedangkan yang ada tapi tak terlihat / tak terdeteksi oleh indera raga/tubuh adalah IRASIONAL.

Dengan demikian :
>> Surga adalah irasional, karena tak terlihat.

Karena Adam + istrinya dan surga satu dimensi/satu alam,
maka:
>> Adam + istrinya juga irasional
>> Setan juga irasional.

Pada pembahasan: Pengertian Akhirat dijelaskan bahwa:
Yang nyata alamnya Dunia.
Yang irasional alamnya Akhirat

Berarti:
>> Surga dan Adam + istrinya berada di alam Akhirat.



V. ADAM SEBELUM TURUN KE BUMI
____________________________

Adam diampuni & diberi petunjuk

Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (2:37)

Kemudian Allah memilihnya (Adam), maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. (20:122)

Meski Allah telah menerima taubat Adam dan istrinya, tapi mereka berdua tetap harus turun
kebumi.
Tapi karena kasih sayang Allah kepada Adam yang tetap besar, maka Allah memberi petunjuk berupa beberapa kalimat, agar Adam dan istrinya dapat kembali ke surga.

Adam dijadikan khalifah dimuka bumi

” Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi.Maka barangsiapa yang kafir, maka kekafirannya itu akan ditanggung dirinya sendiri....” (35: 39)
” Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikulnya dan merasa berat daripadanya dan dipikullah amanat itu oleh insan manusia .Sesungguhnya dia itu zalim dan bodoh,.... ” (33: 72)

Adam menyatakan sanggup untuk menjadi khalifah dimuka bumi, meskipun dia telah zalim dan bodoh, karena telah dapat diperdaya oleh setan, sehingga kemudahan dan kenikmatan yang dia dapatkan
di surga terpaksa harus ditinggalkan dan harus turun ke bumi.

Karena semua diri manusia dimuka bumi adalah keturunan Adam, maka amanah sebagai khalifah dimuka bumi ini diwariskan dan diteruskan oleh semua insan manusia.
”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
satu diri, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya, dan memperkembang-biakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak....” (4 :1)

Kekhalifaan Adam ini sempat ditentang malaikat, Tapi Allah telah berketetapan memilih Adam sebagai khalifah dimuka bumi, dan Dia bahkan telah mengajarkan Adam hal-hal yang tidak diajarkan kepada
malaikat.
“ Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah dimuka bumi”.Mereka berkata:”Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?”.Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (2: 31)
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat seraya berfirman: ”Beritahukanlah kepadaKu nama-nama benda itu jika kamu memang yang benar !”Mereka menjawab: ”Maha Suci Eng kau, tiada pengetahuan bagi kami selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijak sana”. (2: 32)
Allah berfirman: ”Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu!”.
Maka setelah diberitahukannya, Allah berfirman: ”Bukankah sudah Aku katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan lebih mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan” (2: 33)

Adam dibentuk dan disempurnakan

” Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat : ”Bersujudlah kamu kepada Adam ”, maka merekapun sujud kecuali iblis; dia tidak termasuk mereka yang sujud ”.(7: 11)

Al Hijr (15)
26. Dan sungguh Kami ciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi
bentuk.
27. Dan Kami ciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas.
28. Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: ” Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk ”.
29. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka
tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.
30. Maka bersujudlah seluruh malaikat bersama-sama,
31. kecuali iblis, ia enggan bersama-sama yang sujud itu.

Shaad (38)
71. Ketika Tuhan kamu berfirman kepada malaikat, ”Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah.
72. Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan Aku meniupkan ruh-Ku, maka hendaklah
kamu tunduk sujud kepadanya. ”
73. Lalu sujudlah masing-masing malaikat semuanya,
74. kecuali iblis, ia takabur dan dia termasuk golongan kafir.

Sebelum Adam diturunkan kebumi, Allah mempersiapkan ’ BEKAL ’ untuk Adam, ini bukti besarnya kasih-sayang Allah kepada Adam, dengan harapan agar Adam menggunakan sebaik mungkin ’ BEKAL ‘ itu agar dapat kembali ke Surga, kembali ketempat asalnya.

’ BEKAL ’ itu antara lain berupa:
1. TUBUH.
Tubuh Adam dibuat dari :
”...tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk...”
2. Potensi langsung dari Allah yaitu : RUH.
” Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan Aku meniupkan Ruh-Ku....”

Karena ’ BEKAL ’ inilah, Allah memerintahkan malaikat untuk sujud, dan para malaikatpun sujud,
kecuali Iblis.

Ancaman Iblis

Karena tidak mau mengikuti perintah Allah untuk sujud kepada Adam, maka Iblis divonis sebagai durhaka dan harus turun dari surga
QS 7: Al A’raaf
12. Allah berfirman, ” Apa yang menghalangimu tidak sujud ketika Aku memerintahkanmu ?”.
(Iblis) menjawab: ”Aku lebih baik daripadanya, Kau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Kau
ciptakan dari tanah ”.
13. Allah berfirman, ” Turunlah kau dari surga karena kau tidak patut menyombongkan diri
didalamnya, maka keluarlah.Sesungguhnya kau termasuk yang hina”
14. Iblis menjawab, ” Beri tangguhlah sampai hari mereka dibangkitkan”
15. Allah berfirman, ” Sesungguhnya kau termasuk yang diberi tangguh”
16. Iblis menjawab, ”Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan duduk
menghalang-halangi mereka dari Jalan Engkau yang lurus.
17. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari hadapan dan belakang, dari kanan dan kiri mereka
Dan Kau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.
18. Allah berfirman, ”Keluarlah kau dari surga sebagai yang terhina lagi terusir.Sungguh
barangsiapa diantara mereka mengikutimu, niscaya Aku akan penuhi jahanam dengan kamu
semuanya”.

Sebelum turun dari surga, Iblis mengancam Adam dan keturunannya, dan Allah mengijinkannya.
Untuk ’mengimbangi’ ancaman iblis, Allah mengutus MALAIKAT untuk menjaga Adam dan keturunannya.

KAJIAN
Adam sebelum turun ke bumi
_________________________

Mari kita cermati hal-hal atau kejadian–kejadian sebelum Adam diturunkan ke bumi :

> Adam diampuni dan diberi petunjuk.
> Adam ditunjuk sebagai khalifah dimuka bumi.
> Adam disempurnakan dan diberi tubuh yang terbuat dari tanah.
> Adam diberi Potensi langsung dari Allah berupa Ruh.
> Iblis akan berupaya menyesatkan Adam dan keturunannya sampai kiamat.

Kalau kita renungi dan kaji secara seksama dan mendalam, maka akan menyadarkan kita betapa cinta dan kasihnya Allah kepada Adam dan sudah tentu juga kepada semua manusia di bumi. Allah telah
menjadikan Adam (dan kita) sebagai mahluk ciptaan Nya yang paling sempurna, sehingga para
malaikatpun diperintahkan sujud.
Kesempurnaan yang mengharus kan malaikat dan iblis sujud adalah adanya ’Potensi Allah’ berupa Ruh-Nya yang langsung ditiupkan pada Adam (dan keturunannya), yang sudah tentu esensinya lebih tinggi dari malaikat.

Oleh karena itu Allah berfirman :
”Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat..”
(2: 186)
” Dan sungguh Kami telah menciptakan manusia dan Kami mengetehui apa yang dibisikkan oleh hatinya. Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya”. (50: 16)

’Potensi Allah’ inilah yang membuat Adam sebagai manusia sangat dekat dengan Allah dengan kedekat an yang ’tak berbatas’.
Peniupan ’Potensi Allah’ ini terjadi setelah disempurnakannya tubuh Adam.
” Maka apabila Aku telah menyempurnakannya (tubuh Adam) dan telah meniupkan kedalamnya
ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud ” (15: 29)

Mengapa Allah memberikan/membentuk tubuh Adam?, dan mengapa pula dibentuk dari tanah?
Dalam kajian, ada keterkaitan dengan kesanggupan dan ditunjuknya Adam untuk mengemban amanat sebagai Khalifah dimuka bumi.
Sebagai Khalifah dimuka bumi, maka Adam (dan anak turunnya) berkewajiban untuk merawat dan me-'menej' bumi ini dengan sebaik mungkin.

Telah dijelaskan bahwa Adam adalah mahluk surga, dengan tolok ukur kita sebagai manusia, maka Adam adalah irasional sedangkan bumi tempat Adam diturunkan, yaitu bumi tempat kita berpijak ini adalah nyata.
Dengan dimensi yang berbeda – irasional dan nyata, sudah tentu Adam yang irasional tidak dapat memegang yang nyata.
Agar Adam yang irasional dapat menjalankan amanat sebagai khalifah, dia harus dapat memegang dan berinteraksi dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi yang nyata ini, Adam yang irasional
membutuhkan sarana yang sesuai, untuk itulah Allah membentuk tubuh Adam dari tanah dari bumi ini.

Coba bayangkan seandainya Adam langsung diturunkan dimuka bumi ini tanpa dibekali tubuh yang terbuat dari tanah, apa yang terjadi?
Adam tidak ubahnya seperti mahluk-mahluk irasional lainnya yang ada dimuka bumi ini, seperti jin dllnya.

Dan tanpa ’Potensi-Allah’, Adam akan kesulitan umtuk dapat kembali ke surga, kembali ketempat asalnya.



ADAM DI BUMI
____________

Adam dan istrinya telah berada dimuka bumi, dengan sarana tubuhnya yang terbuat dari unsur bumi, yaitu tanah, Adam dapat melaksanakan amanat yang diembannya, yaitu sebagai khalifah.Mereka dapat hidup sementara dibumi sampai waktu yang telah ditentukan, sampai mereka mengalami kematian.

Meski berada di bumi yang nyata, Adam sebagai mahluk yang berasal dari surga tetap irasional, tetap beralam akhirat.

Dialah ADAM SEJATI,
Dialah ADAM YANG SEBENARNYA, yang berada didalam tubuhnya yang nyata (beralam dunia)

Tubuh Adam juga disempurnakan dengan otak yang nyata serta pikiran dan qolbu yang irasional.
Maka apabila Aku telah menyempurnakannya dan telah meniupkan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. ( 15: 29 )

Kedalam tubuhnya yang telah di sempurnakan, ’Potensi-Allah’ ditiupkan.
Dan karena ’Potensi-Allah’ itulah tubuh Adam dapat hidup dan berfungsi.
Dia-lah yang secara nyata menggerakkan jantung.
Bila waktu yang telah ditentukan tiba, ’Potensi-Allah’ akan ’ditarik’, maka tubuh mengalami kematian.
”....dan bagi kamu ada tempat kedi aman sementara di bumi, dan kesenangan hidup sementara
sampai waktu yang ditentukan ”.(2:36)

Didalam tubuh pulalah ditempatkan ' 4 ' malaikat ’penjaga dan pencatat’.
( Lebih jelasnya, silahkan membaca : "Jadilah manusia seutuhnya" )

ADAM SEJATI - Adam yang sebenarnya (yang irasional, ber-alam akhirat)
+ tubuhnya yang sempurna
+ Potensi-Allah
+ ' 4 ' malaikat ’penjaga dan pencatat’
itulah MANUSIA, yang juga bernama Adam.

Jadi,
ADAM SEJATI (Adam yang sebenarnya, Adam yang diturunkan dari surga)
ada didalam :
MANUSIA yang bernama Adam.

Sebagai Bani Adam, kita juga sama:

DIRI SEJATI kita (Kita yang sebenarnya, yang irasional ber-alam akhirat,
yang bisa masuk surga atau neraka)
ada didalam :
MANUSIA yang bernama kita.

Inilah hakekatnya, kenapa manusia menjadi mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Kasih sayang Allah betul-betul tercurah padanya.

Sungguh luar biasanya manusia.
Berdimensi 2: NYATA dan IRASIONAL.
Ber-alam 2: DUNIA dan AKHIRAT.

Dengan kesempurnaan ini, ternyata DIRI SEJATI manusia masih kesulitan untuk kembali ke surga, kembali kepadaNya.

Ini semua karena manusia lalai, sehingga tidak mengenal ’siapa dirinya yang sebenarnya, diri-sejati nya’, sehingga raga/tubuh menjadi sangat dominan, yang nyata membelenggu yang irasional, akibatnya ’Potensi-Allah’ tidak dipahami dan tersia-siakan.

” Kenalilah dirimu (yang sejati), maka kau akan mengenal Tuhan mu ”

Ihdinash shiraathal mustaqiim,
Shiraathal ladziina an ’amta ’alaihim...


Tulisan khusus:

JATI DIRI BANGSA

” Dan sungguh Kami ciptakan manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (15: 26)

Kita sebagai bangsa Indonesia, tanah yang dimaksud pada ayat diatas adalah tanah negeri ini, dengan kata lain kita tercipta dari unsur tanah negeri ini.
Sudah tentu tanah negeri ini punya karakter khusus, yang berbeda dengan tanah negeri lain.
Hubungan manusia dengan alamnya (termasuk tanah) menghasilkan filosofi khas, nilai-nilai filosofi ini terekam di benang-benang DNA sehingga terturunkan dan menjadi jati-diri suatu bangsa.

Salah satu filosofi yang luar biasa, yang telah berabad-abad digunakan sebagai landasan hubungan antar manusia, alam dan Tuhan YME oleh bangsa ini adalah KELUHURAN BUDI, sehingga tidaklah berlebihan apabila dikatakan ’ Keluhuran Budi adalah jati-diri bangsa Indonesia ’.

Karena menjadi jati-dii bangsa ini, maka kita mudah menerima, memahami dan menjalankannya, sehingga kalau digali dan diberdayakan akan menjadi kekuatan positif yang dahsyat, yang insyaAllah mampu membawa Negeri ini keluar dari keterpurukannya, sayangnya keluhuran budi semakin temaram, semakin pudar, bukannya digali tapi malah terabaikan.

Tapi yang lalu biarlah berlalu, mari bersama kita songsong hari esok yang lebih baik dengan memberdayakan dan menaikkan nilai-nilai keluhuran bangsa ini sampai menjadi Adiluhung, yaitu :
LUHUR YANG UTAMA, Keluhuran yang sesuai kehendak Allah-Tuhan Yang Maha Esa.
InsyaAllah akan mampu menghantarkan bangsa ini berdaya di dunia dan akhirat, amin


Terimakasih untuk:
cak nusron dan pendahulu-2 saya,
mbah likin dan sedulur-2 semua,
juga untuk: istri dan anak-2 saya.

BUKU 1: Jangan....., jangan menunggu kiamat di 'Alam-kubur'

DIDEDIKASIKAN
untuk generasi muda bangsa
agar mereka mengenal dirinya &
mengerti tujuan hidupnya
_________________________


JUDUL BUKU:

Jangan......,
jangan menunggu kiamat di 'alam-kubur'



Pengantar
_________


Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

Terimakasih telah menyempatkan membaca buku yang sangat sederhana ini, semoga anda dapat memperoleh manfaat dibalik kesederhanaannya ini.
Buku ini ditulis dengan harapan dapat dijadikan referensi tambahan dan mungkin juga dapat meluruskan pengertian yang kurang tepat, yang justru berkembang di masyarakat islam sekarang ini.

Salah satu pengertian yang tidak benar dan telah berpuluh-puluh tahun bahkan berabad-abad menyesatkan masyarakat adalah bahwa:
’ Setelah seorang manusia mengalami kematian (tubuhnya mati), dia akan berada di ’alam-kubur’ (di kuburan), menunggu dibangkitkan pada saat kiamat tiba ’.

Pengertian ini telah memakan korban jutaan umat, memang kesalahan manusianya sendiri kenapa tidak mencari kebenarannya di Al Qur’an, karena di Al Qur’an jelas-jelas tertulis bahwa ’kuburan’ untuk orang-orang yang tidak bertaqwa.
Bahkan istilah ’alam-kubur’, ’alam-barzah’ dan lain-lain istilah tidak dijumpai di Al Qur’an.
Kalau tidak ada di Al Qur’an buat apa kita percayai.

Setelah tubuh/raga kita mengalami kematian, menunggu kiamat di akhirat tidak dihabiskan dengan ’tidur’ dikuburan. Tapi sambil menunggu kiamat, kehidupan tetap dilanjutkan dengan tetap melakukan amal-saleh di ’kampung-akhirat’.
Kekeliruan ini juga dipicu dari kesalahan mengartikan dan memahami Akhirat. (Baca: Kajian Khusus)

Semoga yang tersaji dibuku ini dapat meluruskan pengertian yang tidak benar tersebut dan semoga Allah s.w.t. memberikan safaatNya.


Surabaya, Juni 2010
Wassalam;


iskandar zulkarnain
___________________
adiluhung_nusantara@yahoo.com
adiluhung.nusantara@gmail.com
FACEBOOK: adiluhung nusantara

.........................................................................

Pengantar
DAFTAR ISI :

I. PROLOG

II. Neraka, Kampung-Akhirat dan Surga sudah berpenghuni

III. Tempat dan keadaan diri-sejati di Hari-Kemudian

IV. Jangan menunggu kiamat di ’kuburan’
(amal saleh dilanjutkan di ’kampung akhirat’ Nusantara)

V. Dapatkan cahayamu untuk berjalan di hari-kemudian

KAJIAN KHUSUS
..........................................................................


I. PROLOG
__________

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.

”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanya kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau
-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung pada salah dalam memahami Akhirat.

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
ARTINYA:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.

BUKAN:
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.

Pengertian dan pemahaman yang tidak tepat tentang akhirat ini berakibat fatal, sehingga banyak diri (sejati) manusia yang terjebak dalam kegelapan di Akhirat
Pemahaman yang keliru ini menyebabkan ‘HILANGNYA WAKTU' antara kematian raga sampai kiamat, sehingga pengertian yang menyesatkan ini muncul.

Memang ironis, tapi itulah kondisi umat Islam sekarang (maaf).
Nilai-nilai pencarian telah hilang, hanya percaya begitu saja dengan kata-kata orang lain, tanpa mencari kebenarannya di Al Qur’an.
Bukankah:
”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa” (2:2)

Sangat tidak bijaksana menggantungkan masa-depan kita yang ’abadi’ kepada orang lain, siapapun dia.
Kita harus berani memposisikan diri sebagai ’Pencari Sirathal-Mustaqim’,
semoga Allah menunjuki, sehingga kita dapat mengamankan masa-depan kita di Hari-Kemudian.

.., pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia (di Hari-Kemudian);
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka mengatakan: ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (66: 8)

Seluruh umat Islam sudah tentu sangat mencintai Rasulullah s.a.w., dan sudah tentu pula semuanya ingin berjumpa dengan beliau.
Bagi kita yang hidup sekarang ini mustahil kalau kita dapat berjumpa.
Tapi percayalah, beliau menunggu umatnya yang bertaqwa dikehidupan sebenarnya,
di-keabadian Hari-Kemudian, setelah kita menjadi diri-sejati, diri kita yang sebenarnya.



II. Neraka, Kampung-Akhirat dan Surga sudah berpenghuni
________________________________________________

Masyarakat umum telah menerima beberapa informasi yang simpang siur tentang neraka,
kampung-akhirat dan surga, yaitu:
Belum ada, terbentuk setelah kiamat.
Sudah ada, tapi belum berpenghuni.
Sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Berdasarkan kajian Al Qur’an, yang benar adalah:
Neraka, Kampung–Akhirat dan Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Mari kita kaji ayat-ayat berikut ini:
Al Waaqi’ah (56):
1. Apabila terjadi kiamat,
2.Tidaklah terjadinya didustakan,
3. Merendahkan dan mengangkat,
4. Apabila bumi diguncang dengan sekeras-kerasnya.
5. Dan gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya,
6. Maka jadilah debu beterbangan,
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu,
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun

41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih.

Surga untuk:
golongan YANG TELAH MENDAHULUI dan golongan KANAN.
Neraka untuk:
golongan KIRI.

KAJIAN:
- Dapat disimpulkan bahwa setelah terjadinya kiamat yang ada hanyalah SURGA dan NERAKA.
- Sebelum kiamat telah ada ’Golongan yang mendahului masuk surga’,
mereka masuk surga tanpa ’melalui proses pengadilan’,
ini berarti:
Surga sudah ada sekarang ini (sebelum kiamat).

Kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Yaasin (36)
53. Tidak lain hanya sekali teriakan keras, maka tiba-tiba mereka
semuanya dihadirkan dihadapan Kami
54. Maka pada hari itu tidak akan dianiaya satu diri sedikitpun dan
kamu tiada dibalas melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. Sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari itu dalam pekerjaannya bersenang-senang.

KAJIAN:
Pada saat yang bersamaan, yaitu pada saat kiamat tiba, ada yang 'dikumpulkan’ dan
‘ada yang bersenang-senang di surga’.
Jadi pada saat kiamat tiba, Surga sudah ada dan berpenghuni, mereka masuk surga tanpa ‘diadili’ – merekalah ‘Golongan yang mendahului masuk surga’, seperti tertulis di 56:10.

Untuk memperkuat, kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas;
diatas Al A’raf itu ada laki-laki (orang-orang) yang mereka kenal,
masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

KAJIAN:
Ayat tersebut diatas menceritakan tentang orang-orang yang berada di Al A’raf,
yaitu suatu tempat yang berada diantara surga dan neraka (vertikal, bukan horizontal),
mereka sangat ingin masuk surga tapi ‘belum diijinkan’ dan mereka takut ‘ditempatkan’ di neraka
bersama orang-orang yang dzalim.
Jadi mereka adalah orang-orang yang tidak di neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.
Merekalah penghuni kampung-akhirat yang letaknya di Al A’raf, suatu tempat di akhirat
antara bumi dan langit (diatas awan), di kampung-akhirat inilah amal-saleh dilanjutkan
dengan terus belajar dan ber’munajat’.
(Baca buku: Kampung-Akhirat Nusantara)

Merujuk dari Surat Al Waaqi’ah (56), yang mana telah disimpulkan bahwa setelah kiamat
yang ada hanya surga dan neraka.
Maka dapat disimpulkan, bahwa surat Al A’raf ayat 46-47 ini menceritakan/menginformasikan
kejadian sebelum terjadinya kiamat, karena masih ada orang-orang diatas Al A’raf,
yaitu orang-orang yang tidak masuk neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.

Jadi sebelum kiamat (sekarang ini):
neraka, kampung-akhirat dan surga sudah ada dan berpenghuni



III. Tempat dan Keadaan Diri-sejati di Hari Kemudian
__________________________________________

Kehidupan tidak terhenti dengan adanya kematian raga/tubuh.
Justru setelah kematian itulah kehidupan yang sebenarnya dimulai,
kehidupan yang tidak mengala mi kematian lagi, hidup dalam keabadian.
Tapi yang perlu diwaspadai adalah:
abadi dalam suka-cita atau abadi dalam duka-cita.
Sudah tentu setiap manusia menginginkan suka-cita di hari-kemudian,
bahkan kalau bisa suka-cita didunia dan akhirat.

Untuk pedoman kajian selanjutnya, mari kita simak lagi ayat ini:
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Kita harus yakin (karena kalau tidak yakin, berarti kita kafir) bahwa:
akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.

Ini ber-implikasi bahwa kehidupan dunia nyata yang kita lihat sekarang ini BUKAN kehidupan yang sebenarnya.
Dunia (dan alam-semesta) yang sebenarnya adalah:
Dunia (dan alam-semesta) yang berdimensi irasional, yang ber-alam akhirat.
Dimensi nyata (dunia dan alam-semesta yang kita lihat sekarang ini) diciptakan khusus
untuk Adam dan keturunannya (manusia).
Diciptakan dengan tujuan agar Adam dan manusia dapat lebih mudah meraih ketaqwaannya.

Jadi dimensi nyata ini (dunia dan alam-semesta) tercipta semata-mata sebagai:
Tempat-perjuangan kita guna meraih ketaqwaan, BUKAN untuk tujuan lain,
bukan untuk bersuka-cita, bersuka-citanya nanti setelah kita menjadi diri-sejati dan hidup di akhirat.

Berbeda dengan alam dunia nyata ini, alam akhirat adalah alam kebenaran,
tolok-ukurnya adalah ketaqwaan, siapa yang benar-benar bertaqwa akan berdaya dan ’hidup’, sedangkan yang tidak bertaqwa akan tidak berdaya dan ’mati’.

Kenapa yang bertaqwa dikatakan ‘hidup’, sedangkan yang tidak bertaqwa dikatakan ‘mati’?.
Karena keadaan di alam akhirat itu: GELAP-GULITA.

Oleh sebab itu, agar dapat melakukan aktivitas layaknya kehidupan diperlukan CAHAYA.
Cahaya itu diperoleh dari amal-sa leh (yang sebenar-benarnya amal-saleh) yang kita lakukan
selama masih menjadi manusia didunia nyata ini UNTUK diri-sejati kita, diri kita yang sebenarnya.

“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di HADAPAN dan disebelah KANAN mereka,...” (57:12)

Ayat ini menginformasikan keadaan orang-orang mu’min di alam akhirat, mereka mempunyai cahaya yang bersinar di-hadapan (bukan didepan) dan dikanan.
Jadi sinar itu mengikuti ‘secara otomatis’ kemanapun orang mu’min itu menghadap (melihat).
Sehingga bagi orang-orang MU'MIN (sebenar-benarnya mu'min), alam akhirat itu TERANG,
oleh sebab itu mereka dapat melakukan aktivitas layaknya suatu kehidupan.

Bagi orang-orang yang tidak bercahaya, kehidupan di alam akhirat terasa sangat menyiksa,
tersiksa dengan sendirinya (bukan disiksa), karena mereka harus hidup dalam kegelapan yang pekat, sendirian dan tidak dapat kemana-mana, mereka seperti ’mati’.

Meskipun tempatnya sama (ya disini ini), alam akhirat yang irasional ’secara fisik’ berbeda dengan
dunia yang nyata ini, jangan mencoba memahami alam akhirat dengan tolok ukur dunia nyata.
Alam akhirat adalah alamnya diri-sejati kita, jadi untuk memahaminya kita harus memposisikan
sebagai diri-sejati kita.
Misalnya bumi yang kita lihat ini, dalam dimensi nyata merupakan zat yang padat karena terbuat dari tanah, dalam dimensi irasional berbeda.

Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya dengan tolok ukur ketaqwaan,
yang lebih bertaqwa posisinya diatas yang kurang bertaqwa.
”Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir.
Mereka terus menerus merendahkan orang-orang yang beriman.
Padahal orang-orang yang bertaqwa itu diatas mereka
(lebih tinggi kedudukannya dan lebih mulia dari mereka) pada hari kiamat...” (2:212)

Tempat dan kedudukan diri-sejati di akhirat ditentukan oleh kwalitas ketaqwaan masing-masing.
Semakin bertaqwa semakin dapat naik keatas menuju langit.
Semakin berdosa semakin tenggelam di bumi, terkubur lebih dalam.

Tempat diri-sejati (sebelum kiamat):

..................................__________________________________
..................................__________________________________
Surga 7 lapis...........................................__________________
identik dengan.........................................__________________
Langit yang 7 lapis....................................__________________
(41:9-12-67:3)........................................__________________
..................................__________________________________
..................................__________________________________
..........................................................__________________
Kampung-Akhirat NUSANTARA......................__________________
di Al A’raf (7: 46,47) antara langit & bumi........__________________
identik dengan Atmosfer yang 7 lapis..............__________________
.................................___________________________________
Permukaan bumi.............___________________________________
..........................................................__________________
Neraka 7 lapis.........................................__________________
identik Bumi 7 lapis....................................__________________
(15:43,44).............................................__________________
.................................___________________________________

Faathir (35: 32,33)
Kemudian kitab itu (Al Qur’an) Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka
ada yang menganiaya diri (sejati) mereka sendiri (masuk neraka),
dan diantara mereka ada yang dipertengahan (di Al A’raf, antara surga dan neraka – 7: 46, 47),
dan diantara mereka ada (pula) yang mendahului seizin Allah,(golongan yang
mendahului masuk surga – 56: 10), (bagi mereka) surga ’Adn, mereka masuk kedalamnya....”

Ayat ini menginformasikan keadaan diri-sejati di akhirat sebelum kiamat,
karena setelah kiamat tidak ada lagi yang dipertengahan.

Jalan-lurus dan kegigihan beliau-beliau yang mendahului masuk surga dan telah diberi nikmat inilah yang harus kita jadikan panutan dalam upaya kita meraih ketaqwaan didunia ini.

Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amin.



IV. Jangan menunggu kiamat di ’kuburan’,
amal-saleh dilanjutkan di ’kampung-akhirat’
_____________________________________

Telah berpuluh-puluh bahkan berabad-abad masyarakat memperoleh
pengertian yang sangat menyesat kan, entah dari mana asalnya.
Pengertian tersebut adalah:
’ Setelah seorang manusia mengalami kematian (tubuhnya mati),
dia akan berada di ’alam-kubur’, menunggu dibangkitkan pada saat kiamat tiba ’.

Pengertian ini telah memakan korban jutaan umat, memang kesalahan manusianya sendiri
kenapa tidak mencari kebenarannya di Al Qur’an, karena di Al Qur’an jelas-jelas tertulis
bahwa ’kuburan’ untuk orang-orang yang tidak bertaqwa.
Bahkan istilah ’alam-kubur’, ’alam-barzah’ dan lain-lain istilah tidak dijumpai di Al Qur’an.
Kalau tidak ada di Al Qur’an buat apa kita percayai.

Menunggu kiamat di akhirat tidak di habiskan dengan ’tidur’ dikuburan.
Tapi sambil menunggu kiamat, kehidupan tetap dilanjutkan dengan tetap melakukan
amal-saleh di ’kampung-akhirat NUSANTARA’.
Karena kita hidup dibumi Nusantara, ’kampung-akhirat’ kita letaknya ya diatas bumi Nusantara.
(Baca:’Kampung-Akhirat Nusantara’ adalah kampungmu di akhirat).

Kekeliruan ini juga dipicu dari kesalahan mengartikan dan memahami Akhirat.
(Baca KAJIAN KHUSUS)
Didalam Al Qur’an, kata-kata yang terkait dengan ’kubur’ selalu di tujukan/diperuntukkan
bagi orang-orang kafir atau tidak bertaqwa.
Mari kita simak ayat berikut ini:
At Takaatsur (102):
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
2. sampai kamu masuk ke dalam KUBUR
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui,
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ’ainul yaqin,
8. kemudian pasti kamu akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (bermegah-megahan di dunia).

Al Ma’aarij (70: 43, 44)
(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan
mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala, dalam keadaan
mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan.
Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.

At Taghaabun (64: 7)
Orang-orang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan (dari kubur).Katakanlah: ”Tidak demikian, demi Tuhanku,
benar-benar kamu akan dibangkitkan (dari kubur), kemudian akan diberitakan
apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu mudah bagi Allah

Al Qamar (54: 7,8)
Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan
seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat
kepada penyeru itu.Orang-orang kafir itu berkata: ”Ini adalah hari yang berat”.

Qaaf (50: 42)
(yaitu) pada hari mereka (orang-orang kafir) mendengar teriakan
dengan sebenar-benarnya itulah hari keluar (dari kubur).

Yaasiin (36: 51, 52)
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka (orang kafir) keluar
dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
Mereka berkata: ’Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tidur kami?”.
Inilah yang di janjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasulNya.

Semua umat Islam pastilah menginginkan kebahagian di akhirat, bahkan kebanyakan
menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hal ini tercermin dengan seringnya ayat dibawah ini dibaca dengan harapan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
”...rab-banaa aatinaa fid-dun-yaa hasanataw
wa fil aakhirati hasanataw
wa qinaa ’adzaa-ban naar” (2: 201)
”...Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”

Tapi ironisnya banyak pula yang mempercayai ”menunggu kiamat di ’alam-kubur’ (kuburan)”.
Dua kalimat yang justru bertolak belakang, sudah tentu yang benar adalah ayat Al Qur’an.

Memang ironis, tapi itulah kondisi umat Islam sekarang (maaf).
Nilai-nilai pencarian telah hilang, hanya percaya begitu saja dengan kata-kata orang lain, tanpa mencari kebenarannya di Al Qur’an.
Bukankah:
”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (2:2)

”.... mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami
dan mempunyai mata (tapi) tidak digunakan melihat
dan mempunyai telinga (tapi) tidak digunakan mendengar.
Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang lalai”. (7:179)

Sangat tidak bijaksana menggantungkan masa-depan kita yang ’abadi’ kepada orang lain,
siapapun dia.
Kita harus berani memposisikan diri sebagai ’Pencari Sirathal-Mustaqim,
semoga Allah menunjuki, sehingga kita dapat mengamankan masa-depan kita di Hari-Kemudian.

Sekali lagi, ”jangan menunggu kiamat di alam-kubur (kuburan)”, mari kita lanjutkan kehidupan
kita di akhirat dengan tetap melakukan amal-saleh di ’kampung-akhirat’ Nusantara.

Faathir (35: 19-23):
Dan tidaklah sama yang buta dengan yang melihat,
dan tidak sama (pula) gelap-gulita dengan cahaya,
dan tidak sama (pula) yang teduh dengan yang panas,
dan tidak sama (pula) yang hidup dengan yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran bagi yang dikehendakiNya
dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan yang didalam kubur mendengar.
Kamu hanyalah seorang pemberi peringatan.



V. Dapatkan CAHAYA-mu
untuk berjalan di Hari-Kemudian
__________________________

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan berimanlah kepada para RasulNya, niscaya Allah memberikan rahmatNya
kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya, yang dengan
cahaya itu kamu dapat berjalan (di Hari-Kemudian) dan mengampuni kamu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (57:28)

Cahaya adalah unsur yang sangatpenting di Hari-Kemudian yang gelap-gulita,
dengan cahaya yang dimilikinya, diri-sejati dapat menjalani kehidupannya.
Besar kecilnya intensitas dan frekuensi cahaya tergantung ketaqwaan, semakin bertaqwa semakin terang, sehingga kecepatan ‘berjalan’ dan ‘jarak pandang’ juga tergantung pada ketaqwaan.
Oleh sebab itu di Hari-Kemudian, ruang dan waktu relatip, tergantung ketaqwaan masing-masing.
(Baca: Di Hari-Kemudian, Ruang dan waktu relatip )

Allah memberikan dua bagian cahaya bagi orang-orang yang bertaqwa (yang sebenar-benarnya bertaqwa), di hadapan dan di kanan, masing-masing mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda.

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di HADAPAN dan disebelah kanan mereka,... (57:12)

.., pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama
dengan dia (di Hari-Kemudian);sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(66: 8)

Seluruh umat Islam sudah tentu sangat mencintai Rasulullah Muhammad s.a.w.,
dan sudah tentu pula semuanya ingin berjumpa dengan beliau.
Bagi kita yang hidup sekarang inisangat mustahil kalau kita dapat berjumpa dengan beliau.
Tapi percayalah, beliau menunggu kita dikehidupan yang sebenarnya, keabadian
di Hari-Kemudian, setelah kita menjadi diri-sejati, diri kita yang sebenarnya.

Untuk itu marilah bersama-sama berjuang dengan gigih selagi kita masih menjadi manusia,
selagi ’Potensi-Allah’ masih bersama kita, selagi Allah sangat dekat:
”..Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (50: 16),
untuk mencapai ketaqwaan yang hakiki, sehingga Allah memberikan rahmatNya
dengan memberikan cahaya bagi kita, amin.



KAJIAN KHUSUS
_____________

Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati

Kajian khusus ini untuk menyamakan presepsi dan meluruskan pemikiran yang kurang tepat
mengenai hal prinsip yang sangat mempengaruhi pandangan dan tujuan hidup.

Nyata, Irasional dan Gaib
____________________

Tidak tepat pendapat yang menyatakan/memandang/menyikapi/membagi alam semesta ini
hanya dalam 2 bagian/kelompok/alam/dimensi, yaitu: nyata dan gaib saja.
Gaib disini dinyatakan mencakup semua yang tidak nyata, semua yang tidak dapat dilihat/
didengar/ disentuh/ dibaui/ dirasakan oleh indera yang dipunyai tubuh/raga.

Pengertian yang terlanjur berkembang ini justru merancukan/mengaburkan makna dari
gaib itu sendiri, serta kontra produktip untuk mencari jalan lurus kembali kepada Allah,
karena kehilangan semangat ’berpikir dan mencari’.

Mari kiita simak firman Allah yang termuat di:
Al Baqarah ayat 1 s/d 5
1. Alif laam miim
2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat
( hari kemudian ).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan mereka orang-orang yang beruntung.

Dari ayat-ayat tersebut diatas da pat disimpulkan bahwa mereka yang bertaqwa adalah yang:
- Beriman kepada yang gaib.
- Beriman kepada Kitab-kitabNya.
- Yakin akan adanya akhirat.
- Mendirikan shalat.
- Menunaikan zakat.
Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung.
Dalam susunan kalimat firman tersebut diatas jelas dibedakan antara gaib dengan akhirat.

Dunia dan alam semesta ini hakekatnya terbagi dalam 3 dimensi, yaitu: nyata, irasional dan gaib.
Dengan tolok ukur kita sebagai manusia maka:

Nyata:
Adalah yang terdeteksi oleh indera tubuh, dapat dilihat atau disentuh, misal: tanah, tubuh, air, matahari, bulan dll.

Irasional:
Ada (diyakini ada) tapi tidak nyata,
ada (diyakini ada) tapi tidak terllihat dan tidak dapat disentuh,
misal: akhirat, surga, neraka, sidrathul muntaha, malaikat, iblis, jin, jiwa dan diri-sejati (anfusikum).
Ini semua wajib diyakini ada karena tertulis di Al Qur’an.

Nyata dan irasional juga dikenal sebagai bilangan dalam Matematika :
(-1) adalah bilangan nyata.
AKAR (-1) adalah bilangan irasional :
ada hasilnya tapi tak dapat dihitung, ada tapi tidak nyata.

Gaib:
mutlak menjadi kewenangan Allah, karena itu tak terjangkau oleh pikiran dan indera manusia,
misal: apa yang terjadi esok hari, mengapa kita dilahirkan dlsbnya.
Gaib tidak boleh dikaji, sedangkan yang nyata dan irasional demi ketaqwaan boleh dikaji.

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat,
Artinya:
Yang nyata berada/hidup di dunia, yang irasional di akhirat.
Jadi:
Yang nyata tidak dapat berada/ hidup di akhirat, demikian juga sebaliknya.


Akhirat
_______

Banyak yang kurang benar dalam memahami akhirat, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru.
Akhirat itu irasional , ada (diyakini ada) tapi tidak nyata (tidak dapat dilihat dan diraba),
jadi bukanlah sesuatu yang gaib, karena yang gaib tidak boleh dikaji.

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat
adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.
”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung
pada salah dalam memahami Akhirat,

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
artinya:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.
Bukan :
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.
Perbedaan dunia dan akhirat hanya pada dimensinya, tempatnya sama ......ya disini ini.
” Pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit,
dan mere ka menghadap Allah YME lagi Maha Perkasa.”(14: 48)

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat

Kehidupan di dunia : sementara
Kehidupan di akhirat : ”abadi”.

Didunia tolok ukurnya tidak jelas, orang kafirpun bisa sangat berdaya dan berkuasa.
Diakhirat tolok ukurnya jelas yaitu ketaqwaan, siapa yang bertaqwa pasti berdaya dan bahagia.
Yang tidak bertaqwa pasti tidak berdaya bahkan tersiksa.


DIRI-SEJATI
(Di Al Qur’an: anfusakum atau nafsiw)
_________________________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati setelah kita mengalami kematian dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’, maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional, sama dengan akhirat, neraka dan surga.
Jadi akhirat diperuntukan bagi diri-sejati kita, bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di akhirat karena berbeda dimensi.

Dalam buku: Siapa dirimu? ADAM didalam ADAM telah dijelaskan bahwa:
Adam yang di surga adalah Adam-sejati - Adam sebenarnya.
Karena harus turun ke bumi, maka Adam-sejati diberi tubuh yang terbuat dari tanah yang nyata.
Jadi Adam yang sejati, yang berdimensi irasional berada didalam tubuh manusia
yang juga bernama Adam.
Demikian juga kita yang ’bani Adam’,
diri-sejati kita berada didalam tubuh manusia yang bernama kita.

Diri-sejati bukan jiwa kita, bahkan diri-sejati berada dalam jiwa kita.


Diri-sejati berasal dari Surga
________________________

”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari satu diri (sejati) dan daripadanya Allah mencipta kan pasangannya,
dan memperkembang-biakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak..”(4 :1)

Sebelum turun ke bumi, Adam-sejati adalah penghuni surga.
Setelah turun ke bumi, Adam-sejati tetap menjadi Adam-sejati mahluk yang berasal dari surga,
dia berada didalam tubuh Adam-manusia.
Sesuai ayat diatas, semua diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari satu diri-sejati,
yaitu diri-sejati Adam yang mahluk surga.
Oleh karena itu, diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari surga.

Dengan diberi tubuh dan ’Potensi’-NYA (baca: Siapa Dirimu? Adam didalam Adam),
Allah berharap Adam dapat merajut ketaqwaannya sehingga dapat kembali ke surga,
ketempat asalnya.
Demikian juga manusia, tubuhnya dan potensi lain yang dimilikinya adalah ’sarana’ untuk meraih
ketaqwaan agar diri-sejati manusia dapat kembali ke surga, kembali kepangkuanNYA.

Untuk itu janganlah kita menganggap diri kita yang sebenarnya adalah yang nyata ini,
yang bisa kita raba, kita lihat, kita rawat, kita beri makan dan kita ’berdayakan’.
Bukan, itu hanyalah tubuh kita, pakaian kita, hanya ’sarana’ untuk memberdayakan
diri kita yang sebenarnya (diri-sejati kita) dengan ketaqwaan sesuai kehendak Allah.


Amal saleh
untuk diri-sejati
_____________

Al Qur’an adalah kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad s.a.w. dan menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia
(agar diri-sejati umat manusia memperoleh kemulyaan di Hari Kemudian).

Disini saya mencoba memperjelas dan mempertegas bahwa yang memperoleh kemulyaan
dari amal saleh (perbuatan yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah )yang dilakukan
oleh manusia adalah diri-sejati manusia.
Atau dengan kata lain:
Dengan di ’motori’ oleh tubuh dan pikiran kita serta dibantu oleh potensi-potensi lain yang ada didalamtubuh, kita melakukan amal saleh untuk kemulyaan diri-sejati kita di Hari Kemudian (Akhirat), yaitu: Kehidupan yang sebenarnya setelah kita mengalami kematian.

” Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik untuk dirimu
(diri-sejatimu/’anfusikum’)
dan jika kamu berbuat jahat itu (juga)
untuk dirimu (diri-sejatimu)...” (17: 7)

Dalam Al Qur’an, kata ’anfusikum’ lebih tepat kalau diartikan sebagai: ’diri-sejati’, karena pengartian seba gai ’diri’ (saja) dapat merancukan maksud sebenarnya (yaitu: diri kita di Akhirat nanti).

Jadi sederhananya:
Al Qur’an adalah petunjuk bagi ma nusia untuk diri-sejatinya.

Penjelasan dan penegasan yang telah diuraikan sejalan dengan prinsip Al Qur’an yang memang
bertujuan untuk kemulyaan di Hari Kemudi an (Akhirat), bukan untuk kemulyaan di dunia.

” Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal ” (40: 39)

”..Dan sungguh negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,
maka tidakkah kau mau berpikir?” (12: 109)

” Barangsiapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan baginya,
barangsiapa menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan sebagian keuntungan dunia
dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat ” (42: 20 )



A D I L U H U N G
beriman & berbudi-pekerti luhur

_______________________________



sekian dan semoga bermanfaat, wass wr wb.

BUKU 2: Dua Surga untukmu, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?

DIDEDIKASIKAN
untuk generasi muda bangsa
agar mereka mengenal dirinya &
mengerti tujuan hidupnya
_________________________


JUDUL BUKU:

Dua Surga untukmu,
maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?



Pengantar
_________



Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

Terimakasih telah menyempatkan membaca buku yang sangat seder hana ini,
semoga anda dapat memperoleh manfaat dibalik kesederhanaannya ini.

Buku ini ditulis dengan harapan dapat dijadikan referensi tambahan dan mungkin juga
dapat meluruskan pengertian yang kurang tepat mengenai surga dan hal-hal yang terkait.

Pemahaman yang benar mengenai surga sangatlah penting, karena berdampak positip pada
pemahaman terhadap diri-sejati.
Pemahaman diri-sejati yang benar membuat kita tidak salah dalam melangkah menuju
masa depan yang lebih cerah di ’hari-kemudian’.

Tapi perlu diingat, pengetahuan tentang surga ini hanyalah salah satu ranting dari ilmu agama.
Ilmu agama akan lebih bermanfaat jika berhasil ditingkatkan menjadi ’kerohanian’,
yaitu: keberhasilan hu bungan antara manusia dengan Sang Pencipta, Allah s.w.t.
Hubungan yang dilandasi oleh keikhlasan dan kepasrahan total,
hubungan yang tidak disertai keinginan apapun, termasuk surga.

ya Allah...ya Tuhanku
seandainya Kau punya surga,
aku tak menginginkannya.
seandainya Kau punya neraka,
aku tidak takut.
aku menyembah dan memujaMu,
karena Kaulah yang menciptakan aku
jalalludin rumi



iskandar zulkarnain
________________
adiluhung_nusantara@yahoo.com



_____________________________________

Pengantar
DAFTAR ISI :

I. Prolog

II. Sekilas tentang Surga

III. Surga untuk diri-sejati

IV. Surga sudah ada

V. Dua ( 1+1 ) Surga
> Surga yang pertama
> Surga yang kedua

VI. Berjuanglah sekarang

KAJIAN KHUSUS



I. Prolog
_________

Pantaskah surga untukku?
Pertanyaan yang sering tidak terlontar ini adalah salah satu bentuk ”instropeksi diri’ dari seorang manusia yang ’gundah’ akan masa depannya, dan ini sebetulnya sangat baik sebagai awal dari
suatu pencarian kebenaran yang sejati.
Tapi sayangnya ’pertanyaan’ ini seringkali terhenti, karena ’jawaban nya’ mungkin telah terbayang
dan kurang adanya keberanian untuk menghadapinya, sehingga ujung-ujungnya ’kepasrahan semu’ yang menguasai pikiran manusia, yaitu: ”semuanya terserah Allah”.

Memang ’semuanya terserah Allah’, tidak perlu dipikirkan dan diucapkanpun, ya memang ’
semuanya terserah Allah’ karena Allah-lah pemilik semua yang ada dilangit dan dibumi.
Tapi manusia harus berjuang dengan gigih karena mempunyai ’kewajiban’ yang besar
untuk menghantarkan diri-sejatinya agar dapat kembali keasalnya, yaitu surga.
Jadi keberhasilan manusia meraih ’tujuan hidupnya yang hakiki’ tergantung pada dirinya
dan (sudah tentu) Allah s.w.t.

”.... mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami
dan mempunyai mata (tapi) tidak digunakan melihat
dan mempunyai telinga (tapi) tidak di gunakan mendengar.
Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang lalai. (7:179)

”Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berjuang dengan gigih
dan dia mukmin, dia diterima”.(17: 19)

Lepas dari perjuangan manusianya, diri (sejati) manusia memang pantas masuk surga,
karena selaku ’bani Adam’ diri (sejati) manusia memang berasal dari surga, oleh sebab itu justru
tidak pantas kalau masuk neraka, apalagi Allah telah ’membekali’ manusia dengan ’bekal’ yang hebat untuk memberdayakan diri-sejatinya: tubuh, pikiran, qolbu, ’4 penjaga’ dan ’Potensi Allah’.
(Baca: Menjadi Manusia seutuhnya)

Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang telah mencurahkan ’kemurahan’ dan
’kasih sayang’Nya kepada manusia, mahluk yang paling sempurna dari semua mahluk ciptaanNya, dengan menyediakan 2 surga ( 1+1 ) untuk diri (sejati) manusia, sehingga ’peluang’
diri (sejati) manusia untuk masuk surga bertambah besar.

Meskipun peluang ’diperbesar’, tapi kalau manusianya ’apatis’ sehingga tidak mau memposisikan
dirinya menjadi ’Pencari Sirathal Mustaqim’ dan berjuang dengan gigih untuk menggapai tujuan hidupnya, semua itu menjadi tak berarti dan tersia-siakan.
Bukankah Rasulullah s.a.w. sebetulnya telah ’menginstruksikan’ umatnya untuk menjadi Pencari?, misalnya satu ’gerakan’ yang setiap hari kita lakukan minimal 5 kali,
yaitu: jempol kaki kanan yang ditekuk pada saat tahiyat-akhir,
Apakah anda mengerti tujuannya?

Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amin.



II. Sekilas tentang surga
____________________

Setiap kita membaca atau mendengar kata ’Surga’, pastilah secara reflek kita membayangkan
suatu tempat yang indah, sejuk, enak, tentram dan lain sebagainya.
Suatu tempat yang menjadi dambaan setiap insan manusia didunia ini.
Dan memang di Al Qur’an, surga di ilustrasikan seperti tersebut diatas.

Dan Kami berfirman: ” Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana dan kapan saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim.(2: 35 ; 7: 19)

"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan
beramal saleh bahwa bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai–sungai
dibawahnya. Setiap kali mereka diberi buah-buahan dalam surga sebagai rezeki,
mereka mengatakan: ”Inilah rezeki yang telah (di janjikan) kepada kami sejak dahulu”.
Dan diberikan buah-buahan yang serupa dan bagi mereka didalamnya (tersedia)
pasangan-pasangan yang suci dan mereka kekal didalamnya. (2:25)

”..surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai”(3:136, 5:12)

“Dan orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, mereka akan Kami
masukkan kedalam surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal
didalamnya (tersedia pula) pasangan-pasangan yang suci, dan mereka akan Kami
masukkan kedalam naungan yang teduh”. (4:57)

Al Waaqi’ah (56)
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun,
30. dan naungan yang terbentang luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,
64. Kedua surga itu berwarna hijau tua

Al Haaqqah (69):
22. Dalam surga yang tinggi,
23. Buah-buahannya dekat.

Dan masih banyak tercantum di ayat-ayat lainnya.

Dari ayat-ayat Al Qur’an tersebut, kita dapatkan keterangan sekilas tentang surga al.:
- Suatu tempat penuh nikmat dengan ’kebahagiaan hakiki yang kekal/abadi’.
- Dibawahnya ada sungai-sungai yang mengalir.
- Terdapat banyak makanan (buah-buahan) yang baik-baik.
- Dibawah naungan yang teduh dan terbentang luas.
- Terdapat pasangan-pasangan yang suci.
- Ditempat yang tinggi (langit).
- Berwarna hijau tua.



III. Surga untuk Diri - sejati
_______________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati kita setelah kita mengalami kematian
dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’,
maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional,
sama dengan akhirat dan surga.

Jadi surga diperuntukan bagi diri-sejati kita,
bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di surga karena berbeda dimensi.

Untuk memperjelas, silahkan terlebih dahulu membaca: KAJIAN KHUSUS, tentang:
Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati



IV. Surga sudah ada
_________________

Masyarakat umum telah menerima beberapa informasi yang simpang siur tentang surga,
ada yang mengatakan:
- Surga belum ada, terbentuk setelah kiamat.
- Surga sudah ada, tapi belum berpenghuni.
- Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Berdasarkan kajian Al Qur’an, yang benar adalah:
Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Mari kita kaji ayat-ayat berikut ini:
Al Waaqi’ah (56):
1. Apabila terjadi kiamat,
2.Tidaklah terjadinya didustakan,
3. Merendahkan dan mengangkat,
4. Apabila bumi diguncang dengan sekeras-kerasnya.
5. Dan gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya,
6. Maka jadilah debu beterbangan,
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu,
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun
41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. dalam (siksaan) angin yang amatpanas dan air panas yang mendidih.

> Surga untuk:
golongan yang telah mendahului dan golongan kanan.
> Neraka untuk:
golongan kiri.

Kajian:
> Dapat disimpulkan bahwa setelah terjadinya kiamat yang ada hanyalah Surga dan Neraka.
> Sebelum kiamat telah ada ’Golongan yang mendahului masuk surga’,
mereka masuk surga tanpa ’melalui proses pengadilan’, ini berarti:
Surga sudah ada sekarang ini (sebelum kiamat).

Kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Yaasin (36)
53. Tidak lain hanya sekali teriakan keras, maka tiba-tiba mereka semuanya dihadirkan
dihadapan Kami
54. Maka pada hari itu tidak akan dianiaya satu diri sedikitpun dan kamu tiada dibalas
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. Sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari itu dalam pekerjaannya
bersenang-senang.

KAJIAN:
Pada saat yang bersamaan, yaitu pada saat kiamat tiba, ada ‘yang dikumpulkan’ dan
‘ada yang bersenang-senang di surga’.
Jadi pada saat kiamat tiba, Surga sudah ada dan berpenghuni, mereka masuk surga
tanpa ‘diadili’ – merekalah ‘Golongan yang men dahului masuk surga’ (56:10).

Untuk memperkuat, kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas; diatas Al A’raf itu ada laki-laki
(orang-orang) yang mereka kenal, masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

KAJIAN:
Ayat tersebut diatas menceritakan tentang orang-orang yang berada di Al A’raf,
yaitu suatu tempat yang berada diantara surga dan neraka, mereka sangat ingin
masuk surga tapi ‘belum diijinkan’ dan mereka takut ‘ditempatkan’ di neraka bersama
orang-orang yang dzalim.

Jadi mereka adalah orang-orang yang tidak di neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.
Merujuk dari Surat Al Waaqi’ah (56), yang mana telah disimpulkan bahwa
setelah kiamat yang ada hanya surga dan neraka.
Maka dapat disimpulkan, bahwa surat Al A’raf ayat 46-47 ini menceritakan/menginformasikan
kejadian orang-orang diatas Al A’raf sebelum terjadinya kiamat.

Jadi sebelum kiamat (sekarang ini), surga sudah ada dan berpenghuni.



V. Dua (1+1) surga
________________

Ar Rahman (55):
14-16.
”Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”. (manusia dan jin)

46-49.
”Dan bagi siapa yang takut akan keagungan Tuhannya ada dua surga (1 untuk manusia,
1 untuk jin).
Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu berdua ingkari?”.
Keduanya mempunyai dahan-dahan.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”.

62-65.
”Dan selain dari keduanya (dibawah, didekat) ada dua surga lagi.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”.
Kedua surga itu berwarna hijau tua.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Sesuai dari namanya, maka surat ini ’mengekspresikan’ kasih sayang' dan ’
Maha Pemurah’nya Allah kepada manusia (dan jin).
Surat Ar Rahman ini dikenal juga sebagai ’Pengantin Al Qur’an’.

Yang kita bahas disini adalah surga untuk manusia, yaitu: 1 + 1.
Demi keimanan, keyakinan dan ketaqwaan, mari kita kaji betapa Maha Pemurah-nya Allah.

Surga yang pertama

Orang-orang yang takut akan keagungan Tuhannya, dia akan melakukan amal-saleh
dengan sebenar-benarnya dan mengagungkan Tuhannya dengan ikhlas disertai
kepasrahan total sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki Allah,
bagi mereka Allah menyediakan surga (yang pertama – QS 55: 46).
Ternyata sangat sedikit yang mampu memenuhi persyaratan tersebut, dengan
kata lain sangat sedikit yang mampu masuk surga sebelum kiamat, atau masih banyak
yang tidak bisa masuk surga atau belum diijinkan masuk surga, seperti orang-orang
yang berada diatas Al A’raf:
”Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)...”

Manusia telah dilengkapi dengan potensi yang luar biasa untuk memberdayakan diri-sejatinya,
agar diri-sejatinya mampu kembali ke asalnya dan diijinkan masuk surga pada saat kehidupan
didunianya selesai, tapi kenyataannya banyak manusia yang lalai, mereka justru tertipu oleh
kehidupan dunia.
Banyak yang terjebak dikegelapan kubur bahkan tersiksa di neraka, masih beruntung
orang-orang yang mencapai Al A’raf, apalagi yang berada dipuncaknya, meski belum diijinkan
masuk surga tapi telah mampu berada ditempat yang terang dan telah ber-cahaya.
” Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.Mereka belum lagi
memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (me masukinya).Dan apabila
pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata: ‘Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”. (7: 46, 47)

Penghuni surga pertama inilah, karena perjuangannya yang gigih guna meraih ketaqwaannya
telah diijinkan masuk surga sebelum kiamat, beliau-beliau inilah yang disurat Al Waaqi’ah (56:10)
disebut ‘golongan yang mendahului’.
Al Waaqi’ah (56)
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

Dan beliau-beliau inilah yang layak dijadikan panutan kita semua dan harus diteladani
kegigihan perjuangan mereka untuk mencapai ketaqwaan yang hakiki.
Serta beliau-beliau inilah yang setiap hari minimum 17 kali kita sebut-sebut dalam shalat/doa kita,

Al Faatihah (1)
6. Ihdinash shiraathal mustaqiim
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. Shiraathal ladziina an’amta ’alaihim ghairil magh-dhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin.
( yaitu ) jalan orang-orang yang t e l a h Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


Surga yang kedua

Disinilah bukti ’Maha Pemurah’-nya Allah, selain surga yang pertama disediakan lagi surga yang kedua.
Artinya Allah masih memberi kesempatan kepada hambaNya untuk dapat kembali keasalnya
dan memperoleh kenikmatan di surga (yang kedua – QS 55: 62).
Merekalah yang masuk surga melalui ’proses pengadilan’ dan disebut sebagai ’golongan kanan’
pada surat Al Waaqi’ah (56):
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang terdahulu dari yang dahulu.
27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun,
30. dan naungan yang terbentang luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,

Al Haaqqah (69):
18. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun
dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
19. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya,
maka dia berkata: ”Ambillah, bacalah kitabku (ini)”
20. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.
21. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
22. Dalam surga yang tinggi,
23. Buah-buahannya dekat.

Itulah ’golongan kanan’, yang masuk surga setelah kiamat.
Tidak terbayangkan seandainya surga yang kedua tidak ’diadakan’ oleh Allah, pastilah
hanya sedikit sekali diri-sejati manusia yang dapat masuk surga.

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam,
yang Maha Pemurah serta Maha Penyayang.

Tapi perlu dimengerti, bahwa tidak semua diri-sejati manusia diberi kesempatan untuk
memperoleh kenikmatan di surga yang kedua meskipun melalui ’pengadilan/hisab’.
Mereka yang telah masuk neraka sebelum kiamat dan tidak dikeluarkan darinya serta
tidak pula diberi kesempatan untuk bertaubat.
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas; diatas Al A’raf itu
ada laki-laki (orang-orang) yang mereka kenal, masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

Al Jaatsiyah (45:34-37)
Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini (hari kebangkitan) Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu
ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh pertolongan”.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai
olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka
tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.
Maka bagi Allah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.
Dan bagiNya-lah keagungan dilangit dan dibumi.Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Mari kita serius dan benar dalam beragama, sehingga mampu ditingkatkan menjadi ‘kerohanian’,
hubungan yang berhasil antara manusia dengan Allah, Tuhan YME.
Jangan sampai kita ditipu oleh kehidupan dunia dengan hanya memperhatikan dan memberdayakan yang nyata/terlihat saja, hal ini menyebabkan tubuh (yang nyata) menjadi
terlalu dominan dan mengaburkan tujuan hidup yang sebenarnya, sehingga kita ‘terancam’
masuk dalam golongan ‘kafir’ seperti tertulis di:
Al A’raf (7: 50, 51)
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah ke pada kami sedikit air
atau makanan yang telah dirizkikan Allah padamu”.Mereka (penghuni surga) menjawab:
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (yaitu)
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau gurau,
dan kehidupan dunia telah menipu mereka”.


_____________

Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati

Kajian khusus ini untuk menyamakan presepsi dan meluruskan pemikiran yang kurang tepat
mengenai hal prinsip yang sangat mempengaruhi pandangan dan tujuan hidup.

Nyata, Irasional dan Gaib
____________________

Tidak tepat pendapat yang menyatakan/memandang/menyikapi/membagi alam semesta ini
hanya dalam 2 bagian/kelompok/alam/dimensi, yaitu: nyata dan gaib saja.
Gaib disini dinyatakan mencakup semua yang tidak nyata, semua yang tidak dapat dilihat/
didengar/ disentuh/ dibaui/ dirasakan oleh indera yang dipunyai tubuh/raga.

Pengertian yang terlanjur berkembang ini justru merancukan/mengaburkan makna dari
gaib itu sendiri, serta kontra produktip untuk mencari jalan lurus kembali kepada Allah,
karena kehilangan semangat ’berpikir dan mencari’.

Mari kiita simak firman Allah yang termuat di:
Al Baqarah ayat 1 s/d 5
1. Alif laam miim
2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat
( hari kemudian ).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan mereka orang-orang yang beruntung.

Dari ayat-ayat tersebut diatas da pat disimpulkan bahwa mereka yang bertaqwa adalah yang:
- Beriman kepada yang gaib.
- Beriman kepada Kitab-kitabNya.
- Yakin akan adanya akhirat.
- Mendirikan shalat.
- Menunaikan zakat.
Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung.
Dalam susunan kalimat firman tersebut diatas jelas dibedakan antara gaib dengan akhirat.

Dunia dan alam semesta ini hakekatnya terbagi dalam 3 dimensi, yaitu: nyata, irasional dan gaib.
Dengan tolok ukur kita sebagai manusia maka:

Nyata:
Adalah yang terdeteksi oleh indera tubuh, dapat dilihat atau disentuh, misal: tanah, tubuh, air, matahari, bulan dll.

Irasional:
Ada (diyakini ada) tapi tidak nyata,
ada (diyakini ada) tapi tidak terllihat dan tidak dapat disentuh,
misal: akhirat, surga, neraka, sidrathul muntaha, malaikat, iblis, jin, jiwa dan diri-sejati (anfusikum).
Ini semua wajib diyakini ada karena tertulis di Al Qur’an.

Nyata dan irasional juga dikenal sebagai bilangan dalam Matematika :
(-1) adalah bilangan nyata.
AKAR (-1) adalah bilangan irasional :
ada hasilnya tapi tak dapat dihitung, ada tapi tidak nyata.

Gaib:
mutlak menjadi kewenangan Allah, karena itu tak terjangkau oleh pikiran dan indera manusia,
misal: apa yang terjadi esok hari, mengapa kita dilahirkan dlsbnya.
Gaib tidak boleh dikaji, sedangkan yang nyata dan irasional demi ketaqwaan boleh dikaji.

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat,
Artinya:
Yang nyata berada/hidup di dunia, yang irasional di akhirat.
Jadi:
Yang nyata tidak dapat berada/ hidup di akhirat, demikian juga sebaliknya.


Akhirat
_______

Banyak yang kurang benar dalam memahami akhirat, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru.
Akhirat itu irasional , ada (diyakini ada) tapi tidak nyata (tidak dapat dilihat dan diraba),
jadi bukanlah sesuatu yang gaib, karena yang gaib tidak boleh dikaji.

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat
adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.
”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung
pada salah dalam memahami Akhirat,

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
artinya:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.
Bukan :
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.
Perbedaan dunia dan akhirat hanya pada dimensinya, tempatnya sama ......ya disini ini.
” Pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit,
dan mere ka menghadap Allah YME lagi Maha Perkasa.”(14: 48)

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat

Kehidupan di dunia : sementara
Kehidupan di akhirat : ”abadi”.

Didunia tolok ukurnya tidak jelas, orang kafirpun bisa sangat berdaya dan berkuasa.
Diakhirat tolok ukurnya jelas yaitu ketaqwaan, siapa yang bertaqwa pasti berdaya dan bahagia.
Yang tidak bertaqwa pasti tidak berdaya bahkan tersiksa.


DIRI-SEJATI
(Di Al Qur’an: anfusakum atau nafsiw)
_________________________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati setelah kita mengalami kematian dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’, maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional, sama dengan akhirat, neraka dan surga.
Jadi akhirat diperuntukan bagi diri-sejati kita, bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di akhirat karena berbeda dimensi.

Dalam buku: Siapa dirimu? ADAM didalam ADAM telah dijelaskan bahwa:
Adam yang di surga adalah Adam-sejati - Adam sebenarnya.
Karena harus turun ke bumi, maka Adam-sejati diberi tubuh yang terbuat dari tanah yang nyata.
Jadi Adam yang sejati, yang berdimensi irasional berada didalam tubuh manusia
yang juga bernama Adam.
Demikian juga kita yang ’bani Adam’,
diri-sejati kita berada didalam tubuh manusia yang bernama kita.

Diri-sejati bukan jiwa kita, bahkan diri-sejati berada dalam jiwa kita.


Diri-sejati berasal dari Surga
________________________

”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari satu diri (sejati) dan daripadanya Allah mencipta kan pasangannya,
dan memperkembang-biakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak..”(4 :1)

Sebelum turun ke bumi, Adam-sejati adalah penghuni surga.
Setelah turun ke bumi, Adam-sejati tetap menjadi Adam-sejati mahluk yang berasal dari surga,
dia berada didalam tubuh Adam-manusia.
Sesuai ayat diatas, semua diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari satu diri-sejati,
yaitu diri-sejati Adam yang mahluk surga.
Oleh karena itu, diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari surga.

Dengan diberi tubuh dan ’Potensi’-NYA (baca: Siapa Dirimu? Adam didalam Adam),
Allah berharap Adam dapat merajut ketaqwaannya sehingga dapat kembali ke surga,
ketempat asalnya.
Demikian juga manusia, tubuhnya dan potensi lain yang dimilikinya adalah ’sarana’ untuk meraih
ketaqwaan agar diri-sejati manusia dapat kembali ke surga, kembali kepangkuanNYA.

Untuk itu janganlah kita menganggap diri kita yang sebenarnya adalah yang nyata ini,
yang bisa kita raba, kita lihat, kita rawat, kita beri makan dan kita ’berdayakan’.
Bukan, itu hanyalah tubuh kita, pakaian kita, hanya ’sarana’ untuk memberdayakan
diri kita yang sebenarnya (diri-sejati kita) dengan ketaqwaan sesuai kehendak Allah.


Amal saleh
untuk diri-sejati
_____________

Al Qur’an adalah kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad s.a.w. dan menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia
(agar diri-sejati umat manusia memperoleh kemulyaan di Hari Kemudian).

Disini saya mencoba memperjelas dan mempertegas bahwa yang memperoleh kemulyaan
dari amal saleh (perbuatan yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah )yang dilakukan
oleh manusia adalah diri-sejati manusia.
Atau dengan kata lain:
Dengan di ’motori’ oleh tubuh dan pikiran kita serta dibantu oleh potensi-potensi lain yang ada didalamtubuh, kita melakukan amal saleh untuk kemulyaan diri-sejati kita di Hari Kemudian (Akhirat), yaitu: Kehidupan yang sebenarnya setelah kita mengalami kematian.

” Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik untuk dirimu
(diri-sejatimu/’anfusikum’)
dan jika kamu berbuat jahat itu (juga)
untuk dirimu (diri-sejatimu)...” (17: 7)

Dalam Al Qur’an, kata ’anfusikum’ lebih tepat kalau diartikan sebagai: ’diri-sejati’, karena pengartian seba gai ’diri’ (saja) dapat merancukan maksud sebenarnya (yaitu: diri kita di Akhirat nanti).

Jadi sederhananya:
Al Qur’an adalah petunjuk bagi ma nusia untuk diri-sejatinya.

Penjelasan dan penegasan yang telah diuraikan sejalan dengan prinsip Al Qur’an yang memang
bertujuan untuk kemulyaan di Hari Kemudi an (Akhirat), bukan untuk kemulyaan di dunia.

” Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal ” (40: 39)

”..Dan sungguh negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,
maka tidakkah kau mau berpikir?” (12: 109)

” Barangsiapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan baginya,
barangsiapa menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan sebagian keuntungan dunia
dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat ” (42: 20 )



A D I L U H U N G
LUHUR SESUAI KEHENDAK ALLAH

meraih kekhusukan yang nyata
untuk pemberdayaan diri-sejati
___________________________

khusuk itu nyata
melebihi sekadar perasaan,
kehangatannya nyata dan menyejukkan hati,

gelombang-gelombang elektro magnetik ’sejati’
yang ditimbulkan mampu menembus dimensi,
merasuki semua pembuluh darah dan menerobos hingga ke pita-pita DNA
untuk menghalau energi ’kegelapan’ dari semua lapisan qolbu,
yang mengganggu sinkronisasi antar atom,
sehingga semua unsur mampu bertasbihdalam satu mata rantai
dan berputar kencang mengelilingi ’Potensi Allah’,

resultante energinya membuat’Potensi Allah’ diijinkan memendarkan ’Nur-Illahi’
yang diterima diri-sejati sebagai cahaya dan energinya,
sehingga mampu menghantarkan diri-sejati menerobos qolbu selapis demi selapis,
untuk menghadap Sang Illahi.


sekian dan semoga bermanfaat, wass wr wb.