I. WONG URIP NGERTI URIPE.......II. WONG URIP ISO MATI SAKJRONING URIP.......III. WONG URIP ISO MBALIK NANG SING GAWE URIP

Minggu, 28 November 2010

BUKU 1: Jangan....., jangan menunggu kiamat di 'Alam-kubur'

DIDEDIKASIKAN
untuk generasi muda bangsa
agar mereka mengenal dirinya &
mengerti tujuan hidupnya
_________________________


JUDUL BUKU:

Jangan......,
jangan menunggu kiamat di 'alam-kubur'



Pengantar
_________


Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

Terimakasih telah menyempatkan membaca buku yang sangat sederhana ini, semoga anda dapat memperoleh manfaat dibalik kesederhanaannya ini.
Buku ini ditulis dengan harapan dapat dijadikan referensi tambahan dan mungkin juga dapat meluruskan pengertian yang kurang tepat, yang justru berkembang di masyarakat islam sekarang ini.

Salah satu pengertian yang tidak benar dan telah berpuluh-puluh tahun bahkan berabad-abad menyesatkan masyarakat adalah bahwa:
’ Setelah seorang manusia mengalami kematian (tubuhnya mati), dia akan berada di ’alam-kubur’ (di kuburan), menunggu dibangkitkan pada saat kiamat tiba ’.

Pengertian ini telah memakan korban jutaan umat, memang kesalahan manusianya sendiri kenapa tidak mencari kebenarannya di Al Qur’an, karena di Al Qur’an jelas-jelas tertulis bahwa ’kuburan’ untuk orang-orang yang tidak bertaqwa.
Bahkan istilah ’alam-kubur’, ’alam-barzah’ dan lain-lain istilah tidak dijumpai di Al Qur’an.
Kalau tidak ada di Al Qur’an buat apa kita percayai.

Setelah tubuh/raga kita mengalami kematian, menunggu kiamat di akhirat tidak dihabiskan dengan ’tidur’ dikuburan. Tapi sambil menunggu kiamat, kehidupan tetap dilanjutkan dengan tetap melakukan amal-saleh di ’kampung-akhirat’.
Kekeliruan ini juga dipicu dari kesalahan mengartikan dan memahami Akhirat. (Baca: Kajian Khusus)

Semoga yang tersaji dibuku ini dapat meluruskan pengertian yang tidak benar tersebut dan semoga Allah s.w.t. memberikan safaatNya.


Surabaya, Juni 2010
Wassalam;


iskandar zulkarnain
___________________
adiluhung_nusantara@yahoo.com
adiluhung.nusantara@gmail.com
FACEBOOK: adiluhung nusantara

.........................................................................

Pengantar
DAFTAR ISI :

I. PROLOG

II. Neraka, Kampung-Akhirat dan Surga sudah berpenghuni

III. Tempat dan keadaan diri-sejati di Hari-Kemudian

IV. Jangan menunggu kiamat di ’kuburan’
(amal saleh dilanjutkan di ’kampung akhirat’ Nusantara)

V. Dapatkan cahayamu untuk berjalan di hari-kemudian

KAJIAN KHUSUS
..........................................................................


I. PROLOG
__________

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.

”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanya kesenangan (sementara) dan sesungguhnya
Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau
-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung pada salah dalam memahami Akhirat.

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
ARTINYA:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.

BUKAN:
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.

Pengertian dan pemahaman yang tidak tepat tentang akhirat ini berakibat fatal, sehingga banyak diri (sejati) manusia yang terjebak dalam kegelapan di Akhirat
Pemahaman yang keliru ini menyebabkan ‘HILANGNYA WAKTU' antara kematian raga sampai kiamat, sehingga pengertian yang menyesatkan ini muncul.

Memang ironis, tapi itulah kondisi umat Islam sekarang (maaf).
Nilai-nilai pencarian telah hilang, hanya percaya begitu saja dengan kata-kata orang lain, tanpa mencari kebenarannya di Al Qur’an.
Bukankah:
”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa” (2:2)

Sangat tidak bijaksana menggantungkan masa-depan kita yang ’abadi’ kepada orang lain, siapapun dia.
Kita harus berani memposisikan diri sebagai ’Pencari Sirathal-Mustaqim’,
semoga Allah menunjuki, sehingga kita dapat mengamankan masa-depan kita di Hari-Kemudian.

.., pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi
dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia (di Hari-Kemudian);
sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka,
sambil mereka mengatakan: ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami
cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu”. (66: 8)

Seluruh umat Islam sudah tentu sangat mencintai Rasulullah s.a.w., dan sudah tentu pula semuanya ingin berjumpa dengan beliau.
Bagi kita yang hidup sekarang ini mustahil kalau kita dapat berjumpa.
Tapi percayalah, beliau menunggu umatnya yang bertaqwa dikehidupan sebenarnya,
di-keabadian Hari-Kemudian, setelah kita menjadi diri-sejati, diri kita yang sebenarnya.



II. Neraka, Kampung-Akhirat dan Surga sudah berpenghuni
________________________________________________

Masyarakat umum telah menerima beberapa informasi yang simpang siur tentang neraka,
kampung-akhirat dan surga, yaitu:
Belum ada, terbentuk setelah kiamat.
Sudah ada, tapi belum berpenghuni.
Sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Berdasarkan kajian Al Qur’an, yang benar adalah:
Neraka, Kampung–Akhirat dan Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Mari kita kaji ayat-ayat berikut ini:
Al Waaqi’ah (56):
1. Apabila terjadi kiamat,
2.Tidaklah terjadinya didustakan,
3. Merendahkan dan mengangkat,
4. Apabila bumi diguncang dengan sekeras-kerasnya.
5. Dan gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya,
6. Maka jadilah debu beterbangan,
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu,
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun

41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air panas yang mendidih.

Surga untuk:
golongan YANG TELAH MENDAHULUI dan golongan KANAN.
Neraka untuk:
golongan KIRI.

KAJIAN:
- Dapat disimpulkan bahwa setelah terjadinya kiamat yang ada hanyalah SURGA dan NERAKA.
- Sebelum kiamat telah ada ’Golongan yang mendahului masuk surga’,
mereka masuk surga tanpa ’melalui proses pengadilan’,
ini berarti:
Surga sudah ada sekarang ini (sebelum kiamat).

Kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Yaasin (36)
53. Tidak lain hanya sekali teriakan keras, maka tiba-tiba mereka
semuanya dihadirkan dihadapan Kami
54. Maka pada hari itu tidak akan dianiaya satu diri sedikitpun dan
kamu tiada dibalas melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. Sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari itu dalam pekerjaannya bersenang-senang.

KAJIAN:
Pada saat yang bersamaan, yaitu pada saat kiamat tiba, ada yang 'dikumpulkan’ dan
‘ada yang bersenang-senang di surga’.
Jadi pada saat kiamat tiba, Surga sudah ada dan berpenghuni, mereka masuk surga tanpa ‘diadili’ – merekalah ‘Golongan yang mendahului masuk surga’, seperti tertulis di 56:10.

Untuk memperkuat, kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas;
diatas Al A’raf itu ada laki-laki (orang-orang) yang mereka kenal,
masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

KAJIAN:
Ayat tersebut diatas menceritakan tentang orang-orang yang berada di Al A’raf,
yaitu suatu tempat yang berada diantara surga dan neraka (vertikal, bukan horizontal),
mereka sangat ingin masuk surga tapi ‘belum diijinkan’ dan mereka takut ‘ditempatkan’ di neraka
bersama orang-orang yang dzalim.
Jadi mereka adalah orang-orang yang tidak di neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.
Merekalah penghuni kampung-akhirat yang letaknya di Al A’raf, suatu tempat di akhirat
antara bumi dan langit (diatas awan), di kampung-akhirat inilah amal-saleh dilanjutkan
dengan terus belajar dan ber’munajat’.
(Baca buku: Kampung-Akhirat Nusantara)

Merujuk dari Surat Al Waaqi’ah (56), yang mana telah disimpulkan bahwa setelah kiamat
yang ada hanya surga dan neraka.
Maka dapat disimpulkan, bahwa surat Al A’raf ayat 46-47 ini menceritakan/menginformasikan
kejadian sebelum terjadinya kiamat, karena masih ada orang-orang diatas Al A’raf,
yaitu orang-orang yang tidak masuk neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.

Jadi sebelum kiamat (sekarang ini):
neraka, kampung-akhirat dan surga sudah ada dan berpenghuni



III. Tempat dan Keadaan Diri-sejati di Hari Kemudian
__________________________________________

Kehidupan tidak terhenti dengan adanya kematian raga/tubuh.
Justru setelah kematian itulah kehidupan yang sebenarnya dimulai,
kehidupan yang tidak mengala mi kematian lagi, hidup dalam keabadian.
Tapi yang perlu diwaspadai adalah:
abadi dalam suka-cita atau abadi dalam duka-cita.
Sudah tentu setiap manusia menginginkan suka-cita di hari-kemudian,
bahkan kalau bisa suka-cita didunia dan akhirat.

Untuk pedoman kajian selanjutnya, mari kita simak lagi ayat ini:
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Kita harus yakin (karena kalau tidak yakin, berarti kita kafir) bahwa:
akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya.

Ini ber-implikasi bahwa kehidupan dunia nyata yang kita lihat sekarang ini BUKAN kehidupan yang sebenarnya.
Dunia (dan alam-semesta) yang sebenarnya adalah:
Dunia (dan alam-semesta) yang berdimensi irasional, yang ber-alam akhirat.
Dimensi nyata (dunia dan alam-semesta yang kita lihat sekarang ini) diciptakan khusus
untuk Adam dan keturunannya (manusia).
Diciptakan dengan tujuan agar Adam dan manusia dapat lebih mudah meraih ketaqwaannya.

Jadi dimensi nyata ini (dunia dan alam-semesta) tercipta semata-mata sebagai:
Tempat-perjuangan kita guna meraih ketaqwaan, BUKAN untuk tujuan lain,
bukan untuk bersuka-cita, bersuka-citanya nanti setelah kita menjadi diri-sejati dan hidup di akhirat.

Berbeda dengan alam dunia nyata ini, alam akhirat adalah alam kebenaran,
tolok-ukurnya adalah ketaqwaan, siapa yang benar-benar bertaqwa akan berdaya dan ’hidup’, sedangkan yang tidak bertaqwa akan tidak berdaya dan ’mati’.

Kenapa yang bertaqwa dikatakan ‘hidup’, sedangkan yang tidak bertaqwa dikatakan ‘mati’?.
Karena keadaan di alam akhirat itu: GELAP-GULITA.

Oleh sebab itu, agar dapat melakukan aktivitas layaknya kehidupan diperlukan CAHAYA.
Cahaya itu diperoleh dari amal-sa leh (yang sebenar-benarnya amal-saleh) yang kita lakukan
selama masih menjadi manusia didunia nyata ini UNTUK diri-sejati kita, diri kita yang sebenarnya.

“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di HADAPAN dan disebelah KANAN mereka,...” (57:12)

Ayat ini menginformasikan keadaan orang-orang mu’min di alam akhirat, mereka mempunyai cahaya yang bersinar di-hadapan (bukan didepan) dan dikanan.
Jadi sinar itu mengikuti ‘secara otomatis’ kemanapun orang mu’min itu menghadap (melihat).
Sehingga bagi orang-orang MU'MIN (sebenar-benarnya mu'min), alam akhirat itu TERANG,
oleh sebab itu mereka dapat melakukan aktivitas layaknya suatu kehidupan.

Bagi orang-orang yang tidak bercahaya, kehidupan di alam akhirat terasa sangat menyiksa,
tersiksa dengan sendirinya (bukan disiksa), karena mereka harus hidup dalam kegelapan yang pekat, sendirian dan tidak dapat kemana-mana, mereka seperti ’mati’.

Meskipun tempatnya sama (ya disini ini), alam akhirat yang irasional ’secara fisik’ berbeda dengan
dunia yang nyata ini, jangan mencoba memahami alam akhirat dengan tolok ukur dunia nyata.
Alam akhirat adalah alamnya diri-sejati kita, jadi untuk memahaminya kita harus memposisikan
sebagai diri-sejati kita.
Misalnya bumi yang kita lihat ini, dalam dimensi nyata merupakan zat yang padat karena terbuat dari tanah, dalam dimensi irasional berbeda.

Akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya dengan tolok ukur ketaqwaan,
yang lebih bertaqwa posisinya diatas yang kurang bertaqwa.
”Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir.
Mereka terus menerus merendahkan orang-orang yang beriman.
Padahal orang-orang yang bertaqwa itu diatas mereka
(lebih tinggi kedudukannya dan lebih mulia dari mereka) pada hari kiamat...” (2:212)

Tempat dan kedudukan diri-sejati di akhirat ditentukan oleh kwalitas ketaqwaan masing-masing.
Semakin bertaqwa semakin dapat naik keatas menuju langit.
Semakin berdosa semakin tenggelam di bumi, terkubur lebih dalam.

Tempat diri-sejati (sebelum kiamat):

..................................__________________________________
..................................__________________________________
Surga 7 lapis...........................................__________________
identik dengan.........................................__________________
Langit yang 7 lapis....................................__________________
(41:9-12-67:3)........................................__________________
..................................__________________________________
..................................__________________________________
..........................................................__________________
Kampung-Akhirat NUSANTARA......................__________________
di Al A’raf (7: 46,47) antara langit & bumi........__________________
identik dengan Atmosfer yang 7 lapis..............__________________
.................................___________________________________
Permukaan bumi.............___________________________________
..........................................................__________________
Neraka 7 lapis.........................................__________________
identik Bumi 7 lapis....................................__________________
(15:43,44).............................................__________________
.................................___________________________________

Faathir (35: 32,33)
Kemudian kitab itu (Al Qur’an) Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka
ada yang menganiaya diri (sejati) mereka sendiri (masuk neraka),
dan diantara mereka ada yang dipertengahan (di Al A’raf, antara surga dan neraka – 7: 46, 47),
dan diantara mereka ada (pula) yang mendahului seizin Allah,(golongan yang
mendahului masuk surga – 56: 10), (bagi mereka) surga ’Adn, mereka masuk kedalamnya....”

Ayat ini menginformasikan keadaan diri-sejati di akhirat sebelum kiamat,
karena setelah kiamat tidak ada lagi yang dipertengahan.

Jalan-lurus dan kegigihan beliau-beliau yang mendahului masuk surga dan telah diberi nikmat inilah yang harus kita jadikan panutan dalam upaya kita meraih ketaqwaan didunia ini.

Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amin.



IV. Jangan menunggu kiamat di ’kuburan’,
amal-saleh dilanjutkan di ’kampung-akhirat’
_____________________________________

Telah berpuluh-puluh bahkan berabad-abad masyarakat memperoleh
pengertian yang sangat menyesat kan, entah dari mana asalnya.
Pengertian tersebut adalah:
’ Setelah seorang manusia mengalami kematian (tubuhnya mati),
dia akan berada di ’alam-kubur’, menunggu dibangkitkan pada saat kiamat tiba ’.

Pengertian ini telah memakan korban jutaan umat, memang kesalahan manusianya sendiri
kenapa tidak mencari kebenarannya di Al Qur’an, karena di Al Qur’an jelas-jelas tertulis
bahwa ’kuburan’ untuk orang-orang yang tidak bertaqwa.
Bahkan istilah ’alam-kubur’, ’alam-barzah’ dan lain-lain istilah tidak dijumpai di Al Qur’an.
Kalau tidak ada di Al Qur’an buat apa kita percayai.

Menunggu kiamat di akhirat tidak di habiskan dengan ’tidur’ dikuburan.
Tapi sambil menunggu kiamat, kehidupan tetap dilanjutkan dengan tetap melakukan
amal-saleh di ’kampung-akhirat NUSANTARA’.
Karena kita hidup dibumi Nusantara, ’kampung-akhirat’ kita letaknya ya diatas bumi Nusantara.
(Baca:’Kampung-Akhirat Nusantara’ adalah kampungmu di akhirat).

Kekeliruan ini juga dipicu dari kesalahan mengartikan dan memahami Akhirat.
(Baca KAJIAN KHUSUS)
Didalam Al Qur’an, kata-kata yang terkait dengan ’kubur’ selalu di tujukan/diperuntukkan
bagi orang-orang kafir atau tidak bertaqwa.
Mari kita simak ayat berikut ini:
At Takaatsur (102):
1. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu.
2. sampai kamu masuk ke dalam KUBUR
3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui,
4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin.
6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ’ainul yaqin,
8. kemudian pasti kamu akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (bermegah-megahan di dunia).

Al Ma’aarij (70: 43, 44)
(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan
mereka pergi dengan segera kepada berhala-berhala, dalam keadaan
mereka menekurkan pandangannya (serta) diliputi kehinaan.
Itulah hari yang dahulunya diancamkan kepada mereka.

At Taghaabun (64: 7)
Orang-orang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan
dibangkitkan (dari kubur).Katakanlah: ”Tidak demikian, demi Tuhanku,
benar-benar kamu akan dibangkitkan (dari kubur), kemudian akan diberitakan
apa yang telah kamu kerjakan”. Yang demikian itu mudah bagi Allah

Al Qamar (54: 7,8)
Sambil menundukkan pandangan-pandangan mereka keluar dari kuburan
seakan-akan mereka belalang yang beterbangan, mereka datang dengan cepat
kepada penyeru itu.Orang-orang kafir itu berkata: ”Ini adalah hari yang berat”.

Qaaf (50: 42)
(yaitu) pada hari mereka (orang-orang kafir) mendengar teriakan
dengan sebenar-benarnya itulah hari keluar (dari kubur).

Yaasiin (36: 51, 52)
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka (orang kafir) keluar
dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.
Mereka berkata: ’Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tidur kami?”.
Inilah yang di janjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasulNya.

Semua umat Islam pastilah menginginkan kebahagian di akhirat, bahkan kebanyakan
menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Hal ini tercermin dengan seringnya ayat dibawah ini dibaca dengan harapan
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
”...rab-banaa aatinaa fid-dun-yaa hasanataw
wa fil aakhirati hasanataw
wa qinaa ’adzaa-ban naar” (2: 201)
”...Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat
dan peliharalah kami dari siksa neraka”

Tapi ironisnya banyak pula yang mempercayai ”menunggu kiamat di ’alam-kubur’ (kuburan)”.
Dua kalimat yang justru bertolak belakang, sudah tentu yang benar adalah ayat Al Qur’an.

Memang ironis, tapi itulah kondisi umat Islam sekarang (maaf).
Nilai-nilai pencarian telah hilang, hanya percaya begitu saja dengan kata-kata orang lain, tanpa mencari kebenarannya di Al Qur’an.
Bukankah:
”Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya,
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa” (2:2)

”.... mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami
dan mempunyai mata (tapi) tidak digunakan melihat
dan mempunyai telinga (tapi) tidak digunakan mendengar.
Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang lalai”. (7:179)

Sangat tidak bijaksana menggantungkan masa-depan kita yang ’abadi’ kepada orang lain,
siapapun dia.
Kita harus berani memposisikan diri sebagai ’Pencari Sirathal-Mustaqim,
semoga Allah menunjuki, sehingga kita dapat mengamankan masa-depan kita di Hari-Kemudian.

Sekali lagi, ”jangan menunggu kiamat di alam-kubur (kuburan)”, mari kita lanjutkan kehidupan
kita di akhirat dengan tetap melakukan amal-saleh di ’kampung-akhirat’ Nusantara.

Faathir (35: 19-23):
Dan tidaklah sama yang buta dengan yang melihat,
dan tidak sama (pula) gelap-gulita dengan cahaya,
dan tidak sama (pula) yang teduh dengan yang panas,
dan tidak sama (pula) yang hidup dengan yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran bagi yang dikehendakiNya
dan kamu sekali-kali tidak sanggup menjadikan yang didalam kubur mendengar.
Kamu hanyalah seorang pemberi peringatan.



V. Dapatkan CAHAYA-mu
untuk berjalan di Hari-Kemudian
__________________________

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan berimanlah kepada para RasulNya, niscaya Allah memberikan rahmatNya
kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya, yang dengan
cahaya itu kamu dapat berjalan (di Hari-Kemudian) dan mengampuni kamu.
Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (57:28)

Cahaya adalah unsur yang sangatpenting di Hari-Kemudian yang gelap-gulita,
dengan cahaya yang dimilikinya, diri-sejati dapat menjalani kehidupannya.
Besar kecilnya intensitas dan frekuensi cahaya tergantung ketaqwaan, semakin bertaqwa semakin terang, sehingga kecepatan ‘berjalan’ dan ‘jarak pandang’ juga tergantung pada ketaqwaan.
Oleh sebab itu di Hari-Kemudian, ruang dan waktu relatip, tergantung ketaqwaan masing-masing.
(Baca: Di Hari-Kemudian, Ruang dan waktu relatip )

Allah memberikan dua bagian cahaya bagi orang-orang yang bertaqwa (yang sebenar-benarnya bertaqwa), di hadapan dan di kanan, masing-masing mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda.

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan,
sedang cahaya mereka bersinar di HADAPAN dan disebelah kanan mereka,... (57:12)

.., pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama
dengan dia (di Hari-Kemudian);sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah
kanan mereka, sambil mereka mengatakan: ”Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya
kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(66: 8)

Seluruh umat Islam sudah tentu sangat mencintai Rasulullah Muhammad s.a.w.,
dan sudah tentu pula semuanya ingin berjumpa dengan beliau.
Bagi kita yang hidup sekarang inisangat mustahil kalau kita dapat berjumpa dengan beliau.
Tapi percayalah, beliau menunggu kita dikehidupan yang sebenarnya, keabadian
di Hari-Kemudian, setelah kita menjadi diri-sejati, diri kita yang sebenarnya.

Untuk itu marilah bersama-sama berjuang dengan gigih selagi kita masih menjadi manusia,
selagi ’Potensi-Allah’ masih bersama kita, selagi Allah sangat dekat:
”..Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. (50: 16),
untuk mencapai ketaqwaan yang hakiki, sehingga Allah memberikan rahmatNya
dengan memberikan cahaya bagi kita, amin.



KAJIAN KHUSUS
_____________

Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati

Kajian khusus ini untuk menyamakan presepsi dan meluruskan pemikiran yang kurang tepat
mengenai hal prinsip yang sangat mempengaruhi pandangan dan tujuan hidup.

Nyata, Irasional dan Gaib
____________________

Tidak tepat pendapat yang menyatakan/memandang/menyikapi/membagi alam semesta ini
hanya dalam 2 bagian/kelompok/alam/dimensi, yaitu: nyata dan gaib saja.
Gaib disini dinyatakan mencakup semua yang tidak nyata, semua yang tidak dapat dilihat/
didengar/ disentuh/ dibaui/ dirasakan oleh indera yang dipunyai tubuh/raga.

Pengertian yang terlanjur berkembang ini justru merancukan/mengaburkan makna dari
gaib itu sendiri, serta kontra produktip untuk mencari jalan lurus kembali kepada Allah,
karena kehilangan semangat ’berpikir dan mencari’.

Mari kiita simak firman Allah yang termuat di:
Al Baqarah ayat 1 s/d 5
1. Alif laam miim
2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat
( hari kemudian ).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan mereka orang-orang yang beruntung.

Dari ayat-ayat tersebut diatas da pat disimpulkan bahwa mereka yang bertaqwa adalah yang:
- Beriman kepada yang gaib.
- Beriman kepada Kitab-kitabNya.
- Yakin akan adanya akhirat.
- Mendirikan shalat.
- Menunaikan zakat.
Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung.
Dalam susunan kalimat firman tersebut diatas jelas dibedakan antara gaib dengan akhirat.

Dunia dan alam semesta ini hakekatnya terbagi dalam 3 dimensi, yaitu: nyata, irasional dan gaib.
Dengan tolok ukur kita sebagai manusia maka:

Nyata:
Adalah yang terdeteksi oleh indera tubuh, dapat dilihat atau disentuh, misal: tanah, tubuh, air, matahari, bulan dll.

Irasional:
Ada (diyakini ada) tapi tidak nyata,
ada (diyakini ada) tapi tidak terllihat dan tidak dapat disentuh,
misal: akhirat, surga, neraka, sidrathul muntaha, malaikat, iblis, jin, jiwa dan diri-sejati (anfusikum).
Ini semua wajib diyakini ada karena tertulis di Al Qur’an.

Nyata dan irasional juga dikenal sebagai bilangan dalam Matematika :
(-1) adalah bilangan nyata.
AKAR (-1) adalah bilangan irasional :
ada hasilnya tapi tak dapat dihitung, ada tapi tidak nyata.

Gaib:
mutlak menjadi kewenangan Allah, karena itu tak terjangkau oleh pikiran dan indera manusia,
misal: apa yang terjadi esok hari, mengapa kita dilahirkan dlsbnya.
Gaib tidak boleh dikaji, sedangkan yang nyata dan irasional demi ketaqwaan boleh dikaji.

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat,
Artinya:
Yang nyata berada/hidup di dunia, yang irasional di akhirat.
Jadi:
Yang nyata tidak dapat berada/ hidup di akhirat, demikian juga sebaliknya.


Akhirat
_______

Banyak yang kurang benar dalam memahami akhirat, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru.
Akhirat itu irasional , ada (diyakini ada) tapi tidak nyata (tidak dapat dilihat dan diraba),
jadi bukanlah sesuatu yang gaib, karena yang gaib tidak boleh dikaji.

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat
adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.
”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung
pada salah dalam memahami Akhirat,

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
artinya:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.
Bukan :
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.
Perbedaan dunia dan akhirat hanya pada dimensinya, tempatnya sama ......ya disini ini.
” Pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit,
dan mere ka menghadap Allah YME lagi Maha Perkasa.”(14: 48)

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat

Kehidupan di dunia : sementara
Kehidupan di akhirat : ”abadi”.

Didunia tolok ukurnya tidak jelas, orang kafirpun bisa sangat berdaya dan berkuasa.
Diakhirat tolok ukurnya jelas yaitu ketaqwaan, siapa yang bertaqwa pasti berdaya dan bahagia.
Yang tidak bertaqwa pasti tidak berdaya bahkan tersiksa.


DIRI-SEJATI
(Di Al Qur’an: anfusakum atau nafsiw)
_________________________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati setelah kita mengalami kematian dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’, maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional, sama dengan akhirat, neraka dan surga.
Jadi akhirat diperuntukan bagi diri-sejati kita, bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di akhirat karena berbeda dimensi.

Dalam buku: Siapa dirimu? ADAM didalam ADAM telah dijelaskan bahwa:
Adam yang di surga adalah Adam-sejati - Adam sebenarnya.
Karena harus turun ke bumi, maka Adam-sejati diberi tubuh yang terbuat dari tanah yang nyata.
Jadi Adam yang sejati, yang berdimensi irasional berada didalam tubuh manusia
yang juga bernama Adam.
Demikian juga kita yang ’bani Adam’,
diri-sejati kita berada didalam tubuh manusia yang bernama kita.

Diri-sejati bukan jiwa kita, bahkan diri-sejati berada dalam jiwa kita.


Diri-sejati berasal dari Surga
________________________

”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari satu diri (sejati) dan daripadanya Allah mencipta kan pasangannya,
dan memperkembang-biakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak..”(4 :1)

Sebelum turun ke bumi, Adam-sejati adalah penghuni surga.
Setelah turun ke bumi, Adam-sejati tetap menjadi Adam-sejati mahluk yang berasal dari surga,
dia berada didalam tubuh Adam-manusia.
Sesuai ayat diatas, semua diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari satu diri-sejati,
yaitu diri-sejati Adam yang mahluk surga.
Oleh karena itu, diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari surga.

Dengan diberi tubuh dan ’Potensi’-NYA (baca: Siapa Dirimu? Adam didalam Adam),
Allah berharap Adam dapat merajut ketaqwaannya sehingga dapat kembali ke surga,
ketempat asalnya.
Demikian juga manusia, tubuhnya dan potensi lain yang dimilikinya adalah ’sarana’ untuk meraih
ketaqwaan agar diri-sejati manusia dapat kembali ke surga, kembali kepangkuanNYA.

Untuk itu janganlah kita menganggap diri kita yang sebenarnya adalah yang nyata ini,
yang bisa kita raba, kita lihat, kita rawat, kita beri makan dan kita ’berdayakan’.
Bukan, itu hanyalah tubuh kita, pakaian kita, hanya ’sarana’ untuk memberdayakan
diri kita yang sebenarnya (diri-sejati kita) dengan ketaqwaan sesuai kehendak Allah.


Amal saleh
untuk diri-sejati
_____________

Al Qur’an adalah kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad s.a.w. dan menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia
(agar diri-sejati umat manusia memperoleh kemulyaan di Hari Kemudian).

Disini saya mencoba memperjelas dan mempertegas bahwa yang memperoleh kemulyaan
dari amal saleh (perbuatan yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah )yang dilakukan
oleh manusia adalah diri-sejati manusia.
Atau dengan kata lain:
Dengan di ’motori’ oleh tubuh dan pikiran kita serta dibantu oleh potensi-potensi lain yang ada didalamtubuh, kita melakukan amal saleh untuk kemulyaan diri-sejati kita di Hari Kemudian (Akhirat), yaitu: Kehidupan yang sebenarnya setelah kita mengalami kematian.

” Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik untuk dirimu
(diri-sejatimu/’anfusikum’)
dan jika kamu berbuat jahat itu (juga)
untuk dirimu (diri-sejatimu)...” (17: 7)

Dalam Al Qur’an, kata ’anfusikum’ lebih tepat kalau diartikan sebagai: ’diri-sejati’, karena pengartian seba gai ’diri’ (saja) dapat merancukan maksud sebenarnya (yaitu: diri kita di Akhirat nanti).

Jadi sederhananya:
Al Qur’an adalah petunjuk bagi ma nusia untuk diri-sejatinya.

Penjelasan dan penegasan yang telah diuraikan sejalan dengan prinsip Al Qur’an yang memang
bertujuan untuk kemulyaan di Hari Kemudi an (Akhirat), bukan untuk kemulyaan di dunia.

” Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal ” (40: 39)

”..Dan sungguh negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,
maka tidakkah kau mau berpikir?” (12: 109)

” Barangsiapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan baginya,
barangsiapa menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan sebagian keuntungan dunia
dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat ” (42: 20 )



A D I L U H U N G
beriman & berbudi-pekerti luhur

_______________________________



sekian dan semoga bermanfaat, wass wr wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar