I. WONG URIP NGERTI URIPE.......II. WONG URIP ISO MATI SAKJRONING URIP.......III. WONG URIP ISO MBALIK NANG SING GAWE URIP

Minggu, 28 November 2010

BUKU 2: Dua Surga untukmu, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?

DIDEDIKASIKAN
untuk generasi muda bangsa
agar mereka mengenal dirinya &
mengerti tujuan hidupnya
_________________________


JUDUL BUKU:

Dua Surga untukmu,
maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu ingkari?



Pengantar
_________



Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah,
Tuhan semesta alam.

Terimakasih telah menyempatkan membaca buku yang sangat seder hana ini,
semoga anda dapat memperoleh manfaat dibalik kesederhanaannya ini.

Buku ini ditulis dengan harapan dapat dijadikan referensi tambahan dan mungkin juga
dapat meluruskan pengertian yang kurang tepat mengenai surga dan hal-hal yang terkait.

Pemahaman yang benar mengenai surga sangatlah penting, karena berdampak positip pada
pemahaman terhadap diri-sejati.
Pemahaman diri-sejati yang benar membuat kita tidak salah dalam melangkah menuju
masa depan yang lebih cerah di ’hari-kemudian’.

Tapi perlu diingat, pengetahuan tentang surga ini hanyalah salah satu ranting dari ilmu agama.
Ilmu agama akan lebih bermanfaat jika berhasil ditingkatkan menjadi ’kerohanian’,
yaitu: keberhasilan hu bungan antara manusia dengan Sang Pencipta, Allah s.w.t.
Hubungan yang dilandasi oleh keikhlasan dan kepasrahan total,
hubungan yang tidak disertai keinginan apapun, termasuk surga.

ya Allah...ya Tuhanku
seandainya Kau punya surga,
aku tak menginginkannya.
seandainya Kau punya neraka,
aku tidak takut.
aku menyembah dan memujaMu,
karena Kaulah yang menciptakan aku
jalalludin rumi



iskandar zulkarnain
________________
adiluhung_nusantara@yahoo.com



_____________________________________

Pengantar
DAFTAR ISI :

I. Prolog

II. Sekilas tentang Surga

III. Surga untuk diri-sejati

IV. Surga sudah ada

V. Dua ( 1+1 ) Surga
> Surga yang pertama
> Surga yang kedua

VI. Berjuanglah sekarang

KAJIAN KHUSUS



I. Prolog
_________

Pantaskah surga untukku?
Pertanyaan yang sering tidak terlontar ini adalah salah satu bentuk ”instropeksi diri’ dari seorang manusia yang ’gundah’ akan masa depannya, dan ini sebetulnya sangat baik sebagai awal dari
suatu pencarian kebenaran yang sejati.
Tapi sayangnya ’pertanyaan’ ini seringkali terhenti, karena ’jawaban nya’ mungkin telah terbayang
dan kurang adanya keberanian untuk menghadapinya, sehingga ujung-ujungnya ’kepasrahan semu’ yang menguasai pikiran manusia, yaitu: ”semuanya terserah Allah”.

Memang ’semuanya terserah Allah’, tidak perlu dipikirkan dan diucapkanpun, ya memang ’
semuanya terserah Allah’ karena Allah-lah pemilik semua yang ada dilangit dan dibumi.
Tapi manusia harus berjuang dengan gigih karena mempunyai ’kewajiban’ yang besar
untuk menghantarkan diri-sejatinya agar dapat kembali keasalnya, yaitu surga.
Jadi keberhasilan manusia meraih ’tujuan hidupnya yang hakiki’ tergantung pada dirinya
dan (sudah tentu) Allah s.w.t.

”.... mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami
dan mempunyai mata (tapi) tidak digunakan melihat
dan mempunyai telinga (tapi) tidak di gunakan mendengar.
Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang lalai. (7:179)

”Dan barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berjuang dengan gigih
dan dia mukmin, dia diterima”.(17: 19)

Lepas dari perjuangan manusianya, diri (sejati) manusia memang pantas masuk surga,
karena selaku ’bani Adam’ diri (sejati) manusia memang berasal dari surga, oleh sebab itu justru
tidak pantas kalau masuk neraka, apalagi Allah telah ’membekali’ manusia dengan ’bekal’ yang hebat untuk memberdayakan diri-sejatinya: tubuh, pikiran, qolbu, ’4 penjaga’ dan ’Potensi Allah’.
(Baca: Menjadi Manusia seutuhnya)

Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang telah mencurahkan ’kemurahan’ dan
’kasih sayang’Nya kepada manusia, mahluk yang paling sempurna dari semua mahluk ciptaanNya, dengan menyediakan 2 surga ( 1+1 ) untuk diri (sejati) manusia, sehingga ’peluang’
diri (sejati) manusia untuk masuk surga bertambah besar.

Meskipun peluang ’diperbesar’, tapi kalau manusianya ’apatis’ sehingga tidak mau memposisikan
dirinya menjadi ’Pencari Sirathal Mustaqim’ dan berjuang dengan gigih untuk menggapai tujuan hidupnya, semua itu menjadi tak berarti dan tersia-siakan.
Bukankah Rasulullah s.a.w. sebetulnya telah ’menginstruksikan’ umatnya untuk menjadi Pencari?, misalnya satu ’gerakan’ yang setiap hari kita lakukan minimal 5 kali,
yaitu: jempol kaki kanan yang ditekuk pada saat tahiyat-akhir,
Apakah anda mengerti tujuannya?

Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amin.



II. Sekilas tentang surga
____________________

Setiap kita membaca atau mendengar kata ’Surga’, pastilah secara reflek kita membayangkan
suatu tempat yang indah, sejuk, enak, tentram dan lain sebagainya.
Suatu tempat yang menjadi dambaan setiap insan manusia didunia ini.
Dan memang di Al Qur’an, surga di ilustrasikan seperti tersebut diatas.

Dan Kami berfirman: ” Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan
makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana dan kapan saja
yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu
termasuk orang-orang yang zalim.(2: 35 ; 7: 19)

"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada mereka yang beriman dan
beramal saleh bahwa bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai–sungai
dibawahnya. Setiap kali mereka diberi buah-buahan dalam surga sebagai rezeki,
mereka mengatakan: ”Inilah rezeki yang telah (di janjikan) kepada kami sejak dahulu”.
Dan diberikan buah-buahan yang serupa dan bagi mereka didalamnya (tersedia)
pasangan-pasangan yang suci dan mereka kekal didalamnya. (2:25)

”..surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai”(3:136, 5:12)

“Dan orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, mereka akan Kami
masukkan kedalam surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal
didalamnya (tersedia pula) pasangan-pasangan yang suci, dan mereka akan Kami
masukkan kedalam naungan yang teduh”. (4:57)

Al Waaqi’ah (56)
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun,
30. dan naungan yang terbentang luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,
64. Kedua surga itu berwarna hijau tua

Al Haaqqah (69):
22. Dalam surga yang tinggi,
23. Buah-buahannya dekat.

Dan masih banyak tercantum di ayat-ayat lainnya.

Dari ayat-ayat Al Qur’an tersebut, kita dapatkan keterangan sekilas tentang surga al.:
- Suatu tempat penuh nikmat dengan ’kebahagiaan hakiki yang kekal/abadi’.
- Dibawahnya ada sungai-sungai yang mengalir.
- Terdapat banyak makanan (buah-buahan) yang baik-baik.
- Dibawah naungan yang teduh dan terbentang luas.
- Terdapat pasangan-pasangan yang suci.
- Ditempat yang tinggi (langit).
- Berwarna hijau tua.



III. Surga untuk Diri - sejati
_______________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati kita setelah kita mengalami kematian
dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’,
maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional,
sama dengan akhirat dan surga.

Jadi surga diperuntukan bagi diri-sejati kita,
bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di surga karena berbeda dimensi.

Untuk memperjelas, silahkan terlebih dahulu membaca: KAJIAN KHUSUS, tentang:
Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati



IV. Surga sudah ada
_________________

Masyarakat umum telah menerima beberapa informasi yang simpang siur tentang surga,
ada yang mengatakan:
- Surga belum ada, terbentuk setelah kiamat.
- Surga sudah ada, tapi belum berpenghuni.
- Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Berdasarkan kajian Al Qur’an, yang benar adalah:
Surga sudah ada dan sudah ada penghuninya.

Mari kita kaji ayat-ayat berikut ini:
Al Waaqi’ah (56):
1. Apabila terjadi kiamat,
2.Tidaklah terjadinya didustakan,
3. Merendahkan dan mengangkat,
4. Apabila bumi diguncang dengan sekeras-kerasnya.
5. Dan gunung dihancurkan dengan sehancur-hancurnya,
6. Maka jadilah debu beterbangan,
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu,
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun
41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
42. dalam (siksaan) angin yang amatpanas dan air panas yang mendidih.

> Surga untuk:
golongan yang telah mendahului dan golongan kanan.
> Neraka untuk:
golongan kiri.

Kajian:
> Dapat disimpulkan bahwa setelah terjadinya kiamat yang ada hanyalah Surga dan Neraka.
> Sebelum kiamat telah ada ’Golongan yang mendahului masuk surga’,
mereka masuk surga tanpa ’melalui proses pengadilan’, ini berarti:
Surga sudah ada sekarang ini (sebelum kiamat).

Kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Yaasin (36)
53. Tidak lain hanya sekali teriakan keras, maka tiba-tiba mereka semuanya dihadirkan
dihadapan Kami
54. Maka pada hari itu tidak akan dianiaya satu diri sedikitpun dan kamu tiada dibalas
melainkan dengan apa yang telah kamu kerjakan.
55. Sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari itu dalam pekerjaannya
bersenang-senang.

KAJIAN:
Pada saat yang bersamaan, yaitu pada saat kiamat tiba, ada ‘yang dikumpulkan’ dan
‘ada yang bersenang-senang di surga’.
Jadi pada saat kiamat tiba, Surga sudah ada dan berpenghuni, mereka masuk surga
tanpa ‘diadili’ – merekalah ‘Golongan yang men dahului masuk surga’ (56:10).

Untuk memperkuat, kita kaji lagi ayat-ayat berikut:
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas; diatas Al A’raf itu ada laki-laki
(orang-orang) yang mereka kenal, masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

KAJIAN:
Ayat tersebut diatas menceritakan tentang orang-orang yang berada di Al A’raf,
yaitu suatu tempat yang berada diantara surga dan neraka, mereka sangat ingin
masuk surga tapi ‘belum diijinkan’ dan mereka takut ‘ditempatkan’ di neraka bersama
orang-orang yang dzalim.

Jadi mereka adalah orang-orang yang tidak di neraka tapi juga belum diijinkan masuk surga.
Merujuk dari Surat Al Waaqi’ah (56), yang mana telah disimpulkan bahwa
setelah kiamat yang ada hanya surga dan neraka.
Maka dapat disimpulkan, bahwa surat Al A’raf ayat 46-47 ini menceritakan/menginformasikan
kejadian orang-orang diatas Al A’raf sebelum terjadinya kiamat.

Jadi sebelum kiamat (sekarang ini), surga sudah ada dan berpenghuni.



V. Dua (1+1) surga
________________

Ar Rahman (55):
14-16.
”Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,
dan Dia menciptakan jin dari nyala api.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”. (manusia dan jin)

46-49.
”Dan bagi siapa yang takut akan keagungan Tuhannya ada dua surga (1 untuk manusia,
1 untuk jin).
Maka nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu berdua ingkari?”.
Keduanya mempunyai dahan-dahan.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”.

62-65.
”Dan selain dari keduanya (dibawah, didekat) ada dua surga lagi.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?”.
Kedua surga itu berwarna hijau tua.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu berdua ingkari?

Sesuai dari namanya, maka surat ini ’mengekspresikan’ kasih sayang' dan ’
Maha Pemurah’nya Allah kepada manusia (dan jin).
Surat Ar Rahman ini dikenal juga sebagai ’Pengantin Al Qur’an’.

Yang kita bahas disini adalah surga untuk manusia, yaitu: 1 + 1.
Demi keimanan, keyakinan dan ketaqwaan, mari kita kaji betapa Maha Pemurah-nya Allah.

Surga yang pertama

Orang-orang yang takut akan keagungan Tuhannya, dia akan melakukan amal-saleh
dengan sebenar-benarnya dan mengagungkan Tuhannya dengan ikhlas disertai
kepasrahan total sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki Allah,
bagi mereka Allah menyediakan surga (yang pertama – QS 55: 46).
Ternyata sangat sedikit yang mampu memenuhi persyaratan tersebut, dengan
kata lain sangat sedikit yang mampu masuk surga sebelum kiamat, atau masih banyak
yang tidak bisa masuk surga atau belum diijinkan masuk surga, seperti orang-orang
yang berada diatas Al A’raf:
”Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)...”

Manusia telah dilengkapi dengan potensi yang luar biasa untuk memberdayakan diri-sejatinya,
agar diri-sejatinya mampu kembali ke asalnya dan diijinkan masuk surga pada saat kehidupan
didunianya selesai, tapi kenyataannya banyak manusia yang lalai, mereka justru tertipu oleh
kehidupan dunia.
Banyak yang terjebak dikegelapan kubur bahkan tersiksa di neraka, masih beruntung
orang-orang yang mencapai Al A’raf, apalagi yang berada dipuncaknya, meski belum diijinkan
masuk surga tapi telah mampu berada ditempat yang terang dan telah ber-cahaya.
” Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.Mereka belum lagi
memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (me masukinya).Dan apabila
pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata: ‘Tuhan kami,
janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”. (7: 46, 47)

Penghuni surga pertama inilah, karena perjuangannya yang gigih guna meraih ketaqwaannya
telah diijinkan masuk surga sebelum kiamat, beliau-beliau inilah yang disurat Al Waaqi’ah (56:10)
disebut ‘golongan yang mendahului’.
Al Waaqi’ah (56)
10. Dan orang-orang yang mendahului dari yang dahulu.
11. Mereka itulah yang dekat dengan Allah,
12. Berada dalam surga yang penuh nikmat.

Dan beliau-beliau inilah yang layak dijadikan panutan kita semua dan harus diteladani
kegigihan perjuangan mereka untuk mencapai ketaqwaan yang hakiki.
Serta beliau-beliau inilah yang setiap hari minimum 17 kali kita sebut-sebut dalam shalat/doa kita,

Al Faatihah (1)
6. Ihdinash shiraathal mustaqiim
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
7. Shiraathal ladziina an’amta ’alaihim ghairil magh-dhuubi 'alaihim wa ladh-dhaalliin.
( yaitu ) jalan orang-orang yang t e l a h Engkau anugerahi nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.


Surga yang kedua

Disinilah bukti ’Maha Pemurah’-nya Allah, selain surga yang pertama disediakan lagi surga yang kedua.
Artinya Allah masih memberi kesempatan kepada hambaNya untuk dapat kembali keasalnya
dan memperoleh kenikmatan di surga (yang kedua – QS 55: 62).
Merekalah yang masuk surga melalui ’proses pengadilan’ dan disebut sebagai ’golongan kanan’
pada surat Al Waaqi’ah (56):
7. Dan kamu menjadi 3 golongan.
8. Golongan kanan, siapakah golongan kanan itu?
9. Dan Golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?
10. Dan orang-orang yang terdahulu dari yang dahulu.
27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.
28. Berada diantara pohon bidara yang tidak berduri,
29. dan pohon pisang yang bersusun-susun,
30. dan naungan yang terbentang luas,
31. dan air yang tercurah,
32. dan buah-buahan yang banyak,

Al Haaqqah (69):
18. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun
dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).
19. Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya,
maka dia berkata: ”Ambillah, bacalah kitabku (ini)”
20. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku.
21. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai,
22. Dalam surga yang tinggi,
23. Buah-buahannya dekat.

Itulah ’golongan kanan’, yang masuk surga setelah kiamat.
Tidak terbayangkan seandainya surga yang kedua tidak ’diadakan’ oleh Allah, pastilah
hanya sedikit sekali diri-sejati manusia yang dapat masuk surga.

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam,
yang Maha Pemurah serta Maha Penyayang.

Tapi perlu dimengerti, bahwa tidak semua diri-sejati manusia diberi kesempatan untuk
memperoleh kenikmatan di surga yang kedua meskipun melalui ’pengadilan/hisab’.
Mereka yang telah masuk neraka sebelum kiamat dan tidak dikeluarkan darinya serta
tidak pula diberi kesempatan untuk bertaubat.
Al A’raf ( 7: 46, 47)
Dan diantara keduanya (surga dan neraka) ada batas; diatas Al A’raf itu
ada laki-laki (orang-orang) yang mereka kenal, masing-masing dengan tanda-tanda mereka.
Dan mereka menyeru penduduk surga: “Salaimun ‘alaikum”.
Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka sangat ingin segera (memasukinya)
Dan apabila pandangan mereka dialihkan kearah penghuni neraka, mereka berkata:
‘Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami bersama orang-orang yang dzalim”.

Al Jaatsiyah (45:34-37)
Dan dikatakan (kepada mereka): “Pada hari ini (hari kebangkitan) Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu
ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh pertolongan”.
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai
olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka
tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat.
Maka bagi Allah segala puji, Tuhan langit dan Tuhan bumi, Tuhan semesta alam.
Dan bagiNya-lah keagungan dilangit dan dibumi.Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Mari kita serius dan benar dalam beragama, sehingga mampu ditingkatkan menjadi ‘kerohanian’,
hubungan yang berhasil antara manusia dengan Allah, Tuhan YME.
Jangan sampai kita ditipu oleh kehidupan dunia dengan hanya memperhatikan dan memberdayakan yang nyata/terlihat saja, hal ini menyebabkan tubuh (yang nyata) menjadi
terlalu dominan dan mengaburkan tujuan hidup yang sebenarnya, sehingga kita ‘terancam’
masuk dalam golongan ‘kafir’ seperti tertulis di:
Al A’raf (7: 50, 51)
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: “Limpahkanlah ke pada kami sedikit air
atau makanan yang telah dirizkikan Allah padamu”.Mereka (penghuni surga) menjawab:
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (yaitu)
orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan sendau gurau,
dan kehidupan dunia telah menipu mereka”.


_____________

Nyata, Irasional dan Gaib
Akhirat
Diri-Sejati
Diri-sejati berasal dari Surga
Amal saleh untuk diri-sejati

Kajian khusus ini untuk menyamakan presepsi dan meluruskan pemikiran yang kurang tepat
mengenai hal prinsip yang sangat mempengaruhi pandangan dan tujuan hidup.

Nyata, Irasional dan Gaib
____________________

Tidak tepat pendapat yang menyatakan/memandang/menyikapi/membagi alam semesta ini
hanya dalam 2 bagian/kelompok/alam/dimensi, yaitu: nyata dan gaib saja.
Gaib disini dinyatakan mencakup semua yang tidak nyata, semua yang tidak dapat dilihat/
didengar/ disentuh/ dibaui/ dirasakan oleh indera yang dipunyai tubuh/raga.

Pengertian yang terlanjur berkembang ini justru merancukan/mengaburkan makna dari
gaib itu sendiri, serta kontra produktip untuk mencari jalan lurus kembali kepada Allah,
karena kehilangan semangat ’berpikir dan mencari’.

Mari kiita simak firman Allah yang termuat di:
Al Baqarah ayat 1 s/d 5
1. Alif laam miim
2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebagian rejeki yang Kami berikan kepada mereka.
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu
dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat
( hari kemudian ).
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka,
dan mereka orang-orang yang beruntung.

Dari ayat-ayat tersebut diatas da pat disimpulkan bahwa mereka yang bertaqwa adalah yang:
- Beriman kepada yang gaib.
- Beriman kepada Kitab-kitabNya.
- Yakin akan adanya akhirat.
- Mendirikan shalat.
- Menunaikan zakat.
Merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan beruntung.
Dalam susunan kalimat firman tersebut diatas jelas dibedakan antara gaib dengan akhirat.

Dunia dan alam semesta ini hakekatnya terbagi dalam 3 dimensi, yaitu: nyata, irasional dan gaib.
Dengan tolok ukur kita sebagai manusia maka:

Nyata:
Adalah yang terdeteksi oleh indera tubuh, dapat dilihat atau disentuh, misal: tanah, tubuh, air, matahari, bulan dll.

Irasional:
Ada (diyakini ada) tapi tidak nyata,
ada (diyakini ada) tapi tidak terllihat dan tidak dapat disentuh,
misal: akhirat, surga, neraka, sidrathul muntaha, malaikat, iblis, jin, jiwa dan diri-sejati (anfusikum).
Ini semua wajib diyakini ada karena tertulis di Al Qur’an.

Nyata dan irasional juga dikenal sebagai bilangan dalam Matematika :
(-1) adalah bilangan nyata.
AKAR (-1) adalah bilangan irasional :
ada hasilnya tapi tak dapat dihitung, ada tapi tidak nyata.

Gaib:
mutlak menjadi kewenangan Allah, karena itu tak terjangkau oleh pikiran dan indera manusia,
misal: apa yang terjadi esok hari, mengapa kita dilahirkan dlsbnya.
Gaib tidak boleh dikaji, sedangkan yang nyata dan irasional demi ketaqwaan boleh dikaji.

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat,
Artinya:
Yang nyata berada/hidup di dunia, yang irasional di akhirat.
Jadi:
Yang nyata tidak dapat berada/ hidup di akhirat, demikian juga sebaliknya.


Akhirat
_______

Banyak yang kurang benar dalam memahami akhirat, sehingga menimbulkan persepsi yang keliru.
Akhirat itu irasional , ada (diyakini ada) tapi tidak nyata (tidak dapat dilihat dan diraba),
jadi bukanlah sesuatu yang gaib, karena yang gaib tidak boleh dikaji.

Pemahaman yang benar dan terarah tentang akhirat sangatlah penting, karena Akhirat
adalah tujuan hidup manusia sedangkan dunia hanya kesenangan (sementara).
Bagaimana kita dapat selamat di akhirat kalau tidak memahaminya.
”Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya kesenangan
(sementara) dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal” (40:39)
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya" (29:64)

Akhirat jangan diterjemahkan sebagai Hari-Akhir, lebih tepat diterjemahkan sebagai Hari-Kemudian.
Penerjemahan sebagai Hari-Akhir menimbulkan kerancuan pengertian yang berujung
pada salah dalam memahami Akhirat,

Akhirat adalah Hari-Kemudian,
artinya:
Hari setelah kehidupanmu di dunia berakhir,
kemudian dilanjutkan dengan kehidupan yang sebenarnya di akhirat.
Bukan :
Hari setelah kehidupan dunia berakhir.
Yang berimplikasi pada pengertian bahwa Akhirat itu ada/terjadi setelah kiamat, setelah dunia berakhir.
Padahal tidak demikian, karena: Akhirat sudah ada sekarang ini.
Perbedaan dunia dan akhirat hanya pada dimensinya, tempatnya sama ......ya disini ini.
” Pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain dan (juga) langit,
dan mere ka menghadap Allah YME lagi Maha Perkasa.”(14: 48)

Dimensi nyata ber ’alam’ dunia,
Dimensi irasional ber ’alam’ akhirat

Kehidupan di dunia : sementara
Kehidupan di akhirat : ”abadi”.

Didunia tolok ukurnya tidak jelas, orang kafirpun bisa sangat berdaya dan berkuasa.
Diakhirat tolok ukurnya jelas yaitu ketaqwaan, siapa yang bertaqwa pasti berdaya dan bahagia.
Yang tidak bertaqwa pasti tidak berdaya bahkan tersiksa.


DIRI-SEJATI
(Di Al Qur’an: anfusakum atau nafsiw)
_________________________________

"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan sendau-gurau dan permainan saja.
Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya".(29:64)

Diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya,
artinya: kita akan ’menjadi’ diri-sejati setelah kita mengalami kematian dan hidup di akhirat.

Karena akhirat adalah ’kehidupan yang sebenarnya’, maka diri-sejati adalah diri kita yang sebenarnya, berdimensi irasional, sama dengan akhirat, neraka dan surga.
Jadi akhirat diperuntukan bagi diri-sejati kita, bukan untuk tubuh kita.
Tubuh kita yang nyata ini tidak dapat berada di akhirat karena berbeda dimensi.

Dalam buku: Siapa dirimu? ADAM didalam ADAM telah dijelaskan bahwa:
Adam yang di surga adalah Adam-sejati - Adam sebenarnya.
Karena harus turun ke bumi, maka Adam-sejati diberi tubuh yang terbuat dari tanah yang nyata.
Jadi Adam yang sejati, yang berdimensi irasional berada didalam tubuh manusia
yang juga bernama Adam.
Demikian juga kita yang ’bani Adam’,
diri-sejati kita berada didalam tubuh manusia yang bernama kita.

Diri-sejati bukan jiwa kita, bahkan diri-sejati berada dalam jiwa kita.


Diri-sejati berasal dari Surga
________________________

”Hai sekalian manusia, bertaqwalah kamu kepada Tuhanmu yang telah menciptakan
kamu dari satu diri (sejati) dan daripadanya Allah mencipta kan pasangannya,
dan memperkembang-biakkan dari keduanya lelaki dan perempuan yang banyak..”(4 :1)

Sebelum turun ke bumi, Adam-sejati adalah penghuni surga.
Setelah turun ke bumi, Adam-sejati tetap menjadi Adam-sejati mahluk yang berasal dari surga,
dia berada didalam tubuh Adam-manusia.
Sesuai ayat diatas, semua diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari satu diri-sejati,
yaitu diri-sejati Adam yang mahluk surga.
Oleh karena itu, diri-sejati manusia, termasuk kita berasal dari surga.

Dengan diberi tubuh dan ’Potensi’-NYA (baca: Siapa Dirimu? Adam didalam Adam),
Allah berharap Adam dapat merajut ketaqwaannya sehingga dapat kembali ke surga,
ketempat asalnya.
Demikian juga manusia, tubuhnya dan potensi lain yang dimilikinya adalah ’sarana’ untuk meraih
ketaqwaan agar diri-sejati manusia dapat kembali ke surga, kembali kepangkuanNYA.

Untuk itu janganlah kita menganggap diri kita yang sebenarnya adalah yang nyata ini,
yang bisa kita raba, kita lihat, kita rawat, kita beri makan dan kita ’berdayakan’.
Bukan, itu hanyalah tubuh kita, pakaian kita, hanya ’sarana’ untuk memberdayakan
diri kita yang sebenarnya (diri-sejati kita) dengan ketaqwaan sesuai kehendak Allah.


Amal saleh
untuk diri-sejati
_____________

Al Qur’an adalah kalam Allah s.w.t. yang merupakan mu’jizat yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad s.a.w. dan menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia
(agar diri-sejati umat manusia memperoleh kemulyaan di Hari Kemudian).

Disini saya mencoba memperjelas dan mempertegas bahwa yang memperoleh kemulyaan
dari amal saleh (perbuatan yang benar-benar sesuai dengan kehendak Allah )yang dilakukan
oleh manusia adalah diri-sejati manusia.
Atau dengan kata lain:
Dengan di ’motori’ oleh tubuh dan pikiran kita serta dibantu oleh potensi-potensi lain yang ada didalamtubuh, kita melakukan amal saleh untuk kemulyaan diri-sejati kita di Hari Kemudian (Akhirat), yaitu: Kehidupan yang sebenarnya setelah kita mengalami kematian.

” Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik untuk dirimu
(diri-sejatimu/’anfusikum’)
dan jika kamu berbuat jahat itu (juga)
untuk dirimu (diri-sejatimu)...” (17: 7)

Dalam Al Qur’an, kata ’anfusikum’ lebih tepat kalau diartikan sebagai: ’diri-sejati’, karena pengartian seba gai ’diri’ (saja) dapat merancukan maksud sebenarnya (yaitu: diri kita di Akhirat nanti).

Jadi sederhananya:
Al Qur’an adalah petunjuk bagi ma nusia untuk diri-sejatinya.

Penjelasan dan penegasan yang telah diuraikan sejalan dengan prinsip Al Qur’an yang memang
bertujuan untuk kemulyaan di Hari Kemudi an (Akhirat), bukan untuk kemulyaan di dunia.

” Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara)
dan sesungguhnya Akhirat itulah negeri yang kekal ” (40: 39)

”..Dan sungguh negeri akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa,
maka tidakkah kau mau berpikir?” (12: 109)

” Barangsiapa menghendaki keuntungan akhirat akan Kami tambahkan baginya,
barangsiapa menghendaki keuntungan dunia, Kami berikan sebagian keuntungan dunia
dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat ” (42: 20 )



A D I L U H U N G
LUHUR SESUAI KEHENDAK ALLAH

meraih kekhusukan yang nyata
untuk pemberdayaan diri-sejati
___________________________

khusuk itu nyata
melebihi sekadar perasaan,
kehangatannya nyata dan menyejukkan hati,

gelombang-gelombang elektro magnetik ’sejati’
yang ditimbulkan mampu menembus dimensi,
merasuki semua pembuluh darah dan menerobos hingga ke pita-pita DNA
untuk menghalau energi ’kegelapan’ dari semua lapisan qolbu,
yang mengganggu sinkronisasi antar atom,
sehingga semua unsur mampu bertasbihdalam satu mata rantai
dan berputar kencang mengelilingi ’Potensi Allah’,

resultante energinya membuat’Potensi Allah’ diijinkan memendarkan ’Nur-Illahi’
yang diterima diri-sejati sebagai cahaya dan energinya,
sehingga mampu menghantarkan diri-sejati menerobos qolbu selapis demi selapis,
untuk menghadap Sang Illahi.


sekian dan semoga bermanfaat, wass wr wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar